Militan Kurdi Luncurkan Bom Mobil di Turki, Enam Tewas

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 14 Jan 2016 17:29 WIB
Kelompok militan Kurdi meluncurkan serangan bom mobil pada sebuah truk di pos polisi di Turki, menewaskan enam orang dan melukai 39 orang.
Pada Selasa (12/1), ledakan bom bunuh diri di Istanbul yang diduga diluncurkan oleh kelompok militan ISIS, menewaskan 10 wisatawan Jerman. (Reuters/Murad Sezer)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan Kurdi meluncurkan serangan bom mobil pada sebuah truk di pos polisi di Cinar, wilayah tenggara Turki, menewaskan enam orang dan melukai 39 orang. Serangan ini merupakan yang terbesar yang terkait dengan Kurdi sejak Juli lalu.

Ledakan yang terjadi pada tengah malam menjelang Kamis (14/1) itu menghancurkan bagian depan bangunan pos polisi tersebut dan menyebabkan sejumlah kerusakan di daerah sekitarnya, menghancurkan jendela, dan menyebabkan puing tersebar di jalanan.

Sebagian besar wilayah Kurdi dilanda serangan aksi kekerasan sejak gencatan senjata antara pemerintah Turki dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang disepakati dua tahun lalu terhenti enam bulan lalu. Aksi pemberontakan ini telah menewaskan 40 ribu orang selama lebih dari tiga dekade.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kantor gubernur provinsi menyatakan bahwa militan PKK menyerang kantor polisi di Cinar, sebelah selatan kota Diyarbakir, sekitar pukul 11.30 WIB.

Namun, hingga saat ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Pernyataan itu menyebutkan lima orang tewas, tetapi saksi mata Reuters melihat jasad ke enam ditarik dari reruntuhan bangunan, dan sumber keamanan setempat menyebutkan bahwa jasad tersebut merupakan seorang istri polisi.

"Ledakan itu benar-benar keras, seolah-olah [meledak] di rumah kami," kata Ali Devran, warga berusia 30-an yang berada dekat dengan tempat kejadian ketika serangan berlangsung.

"Kami membantu membawa para korban yang terluka ke ambulans. Beberapa [korban] mengalami luka bakar," tutur Devran.

Sumber keamanan yang tak mau namanya dipublikaskan menyatakan sekitar 1,5 ton bahan peledak diduga digunakan dalam ledakan itu. Petugas penyelamat higga kini masih terus mencari jika masih ada jasad yang tertimbun reruntuhan puing di lokasi kejadian. Ambulans terlihat berjaga-jaga.

Dalam akun Twitter resmi miliknya, Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus mengutuk serangan tersebut dan menyebut pelakunya "pengkhianat."

Serentetan tembakan

Bertepatan dengan serangan bom, sejumlah militan PKK melepaskan tembakan dengan senapan di kompleks keamanan terdekat. Tindakan ini memicu baku tembak, tetapi tidak ada laporan soal korban sejauh ini.

Kerabat dari dua petugas polisi tewas dalam serangan itu, bersama dengan tiga orang yang jasadnya ditarik dari reruntuhan bangunan. Enam polisi termasuk di antara para korban luka yang segera dilarikan di rumah sakit terdekat.

PKK dinilai sebagai kelompok teroris oleh Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kelompok militan ini memperjuangkan otonomi dan penyetaraan hak bagi warga Kurdi di Turki.

Sejak PKK meluncurkan pemberontakan pada 1984, aksi pemberontakan kerap kali terjadi di perdesaan. Namun, sejumlah serangan teranyar terjadi di sekitar wilayah perkotaan, di mana sayap pemuda PKK mendirikan barikade dan menggali parit untuk mencegah masuknya pasukan keamanan.

Serangan ini menambah daftar panjang serangan di Turki. Pada Selasa (12/1), ledakan bom bunuh diri di Istanbul yang diduga diluncurkan oleh kelompok militan ISIS, menewaskan 10 wisatawan Jerman.

Sejumlah kota di sepanjang perbatasan Suriah dan Irak, termasuk Diyarbakir, menerapkan sistem jam malam selama lebih dari satu bulan, bersamaan dengan sejumlah operasi pasukan keamanan yang menargetkan para militan.

Namun, aksi pemberontakan ini tak pelak menyebabkan warga sipil menjadi korban. Partai pro-Kurdi, HDP, melaporkan sekitar 87 warga sipil tewas di Sur, wilayah Diyarbakir dan di dua kota dekat perbatasan wilayah selatan. Di wilayah ini, sistem jam malam berlaku sekitar sebulan lalu.

Ribuan warga memilih meninggalkan rumah mereka di sejumlah kota. Warga mengeluhkan sistem jam malam membuat mereka tidak bisa pergi ke rumah sakit ketika ada anggota keluarga yang sakit dan segera membutuhkan pertolongan. (ama/den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER