Lebih Banyak Warga Afrika Miliki Akses Ponsel Ketimbang Air

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Rabu, 20 Jan 2016 18:36 WIB
Di Afrika, tak sampai satu dari tiga orang memiliki akses sistem drainase yang baik. Namun, 93 persen warga memiliki akses layanan ponsel.
Ilustrasi (Thinkstock/photka)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di Afrika, tak sampai satu dari tiga orang memiliki akses sistem drainase yang baik, dengan hanya 63 persen warga memiliki akses air bersih. Namun, sebanyak 93 persen warga Afrika memiliki akses layanan telepon seluler.

Hal itu terungkap berdasarkan hasil penelitian dari Afrobarometer, lembaga non-partisan yang melakukan penelitian di seluruh Afrika selama periode 2014-2015. Lembaga ini meneliti akses warga Afrika terhadap sejumlah kebutuhan dasar manusia dan infrastruktur di 35 negara Afrika, dengan sekitar 50 ribu responden yang menjalani wawancara tatap muka dengan lembaga ini.

"Dalam berbagai komunitas di seluruh Afrika, warga dengan mudah menggunakan ponsel mereka, tetapi tidak bisa menyalakan lampu atau keran air. Apalagi menyiram toilet. Dan [mereka] kemungkinan besar akan kelaparan, " kata Winnie Mitullah, penulis utama laporan tersebut, dikutip dari CNN, Selasa (19/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak dari mereka tidak memiliki akses kepada kebutuhan dasar yang biasa kita nikmati, seperti air, sistem pembuangan kotoran, listrik, dan jalanan. Mereka seperti hidup di abad ke-19," katanya

Dalam penelitian tersebut, terungkap bahwa hanya 65 persen warga Afrika memiliki akses listrik, dan 54 persen warga memiliki akses jalan. Sementara, hanya 30 persen warga yang memiliki akses pembuangan kotoran.

Penelitian ini juga menemukan bahwa di beberapa daerah pedesaan kurang dari setengah dari penduduk memiliki layanan dasar seperti listrik. Kesenjangan antara warga di daerah pedesaan dan perkotaan terhadap akses kebutuhan dasar berkisar hingga 90 persen dalam beberapa kasus, misalnya untuk air bersih di Zimbabwe.

"Data ini mencerminkan situasi genting yang dialami banyak orang di Afrika," kata Romaric Samson, salah satu peneliti.
"Ini lebih dari sekedar tidak nyaman. Anak-anak menderita penyakit dan meninggal ketika tidak ada air bersih yang cukup untuk mencuci dan tidak ada sistem pembuangan kotoran yang aman," ujar Samson.

"Dan tanpa lampu untuk belajar di malam hari, dan tak ada cara untuk terhubung ke dunia luar, selain lewat ponsel, peluang untuk mengenyam pendidikan dan berhasil dalam hidup sangat terbatas," katanya.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat berbedaan situasi yang signifikan di sejumlah negara. Di Mauritius dan Mesir, misalnya, akses warga ke jaringan listrik dan air bersih dapat dikatakan universal, sementara di Burundi hanya sekitar 17 persen warga yang hidup di wilayah yang terkait dengan jaringan listrik. Di Liberia, hanya 17 persen warga yang memiliki akses air bersih.

Dari penelitian ini terungkap bahwa warga di negara-negara di wilayah Afrika Utara memiliki akses ketersediaan kebutuhan dasar yang lebih baik ketimbang warga di Afrika Timur.

"Keadaan sedikit lebih baik selama satu dekade terakhir, namun lambat dan sebagian besar penduduk masih saja tertinggal, terutama di daerah pedesaan. Dengan pengecualian, sekali lagi, soal ponsel," kata Mitullah.

Sementara itu, Afrobarometer juga meneliti soal ketersediaan kebutuhan dasar manusia di 18 negara Afrika sejak tahun 2005 hingga 2015.
Penelitian itu mengungkapkan bahwa terdapat kenaikan paling signifikan dalam layanan telepon seluler, yakni sebesar 23 persen. Namun, ketersediaan infrastruktur jalan hanya meningkat 16 persen dan akses ke air dan listrik juga hanya meningkat sebesar 14 persen. Dari semua layanan kebutuhan dasar manusia, sistem pembuangan kotoran mengalami kenaikan yang paling sedikit, yaitu hanya 8 persen dalam 10 tahun .

"Hanya ada satu cara data ini dapat mengubah situasi, yakni jika digunakan untuk membuat keputusan yang baik," ujar Mitullah.

Di Liberia, empat dari lima orang tidak memiliki akses air bersih. Fakta tersebut sulit diabaikan.

"Atau jika Anda melihat bahwa di daerah pedesaan di Burundi, Malawi, Niger, Sierra Leone, dan Tanzania, nol persen dari populasi tidak memiliki akses sistem pembuangan limbah, yang tentu saja menimbulkan pertanyaan, apa yang akan kita lakukan soal hal ini?" kata Mitullah.

"Kami memberikan informasi ini ke dunia luar. Jika pemerintah menggunakannya [data ini] untuk membuat keputusan soal prioritas pengeluaran, atau para pengembang dan rekan mereka menggunakannya untuk merencanakan program, atau para aktivis menggunakannya untuk memaksa pemerintah dan pengembang untuk menggunakannya, maka [data ini] menjadi kuat," tutur Mitullah.

"Maka data ini dapat mengubah cara hidup warga, cara mereka bekerja, cara mereka mencari makan, dan masa depan anak-anak mereka," ucap Mitullah. (stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER