Pembebasan Macina, Kelompok Jihadis Baru Mali

Megiza | CNN Indonesia
Jumat, 20 Nov 2015 20:41 WIB
Satu kelompok jihadis baru yang lebih kejam bernama Gerakan Pembebasan Macina di Mali telah muncul meski ada kesepakatan damai.
Kelompok pemberontak Tuareg yang akan menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah Mali, namun kesepakatan itu terancama oleh kelompok yang baru muncul. (Reuters/Adama Diarra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Satu kelompok ekstrimis baru dan lebih kejam tampaknya telah muncul di Mali. Dengan mengusung hukum Islam garis keras dan taktik-taktik penuh kekerasan, kelompok tersebut diperkirakan mengancam membawa kembali negara di kawasan Afrika Sahara ini terlibat dalam konlik senjata skala besar. 

Tidak tanggung-tanggung, kelompok ekstrimis tersebut sangat ditakuti warga lokal sambil memburu tentara penjaga perdamaian dari PBB, pasukan dari Perancis dan pemerintah Afrika, sejak Januari lalu.

Meski demikian, belum diketahui apakah kelompok ini terlibat dalam serangan ke hotel mewah di Ibu Kota Bamako pada Jumat (20/11), karena hingga saat ini belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah negara-negara Barat telah sejak lama mengkhawatirkan wilayah ini akan menjadi tempat kelompok-kelompok Jihad tumbuh subur.

Meski intervensi yang dipimpin Perancis untuk menghancurkan kaum jihadi telah dilakukan sejak dua tahun lalu, kemunculan kelompok baru ini membuat kekhawatiran mereka akan menjadi kenyataan.

Pada pekan lalu, kelompok militan ini  menghancurkan sebuah makam yang telah dinyatakan sebagai situs peninggalan dunia oleh PBB.

Aksi itu disebut-sebut menjadi peringatan bahwa kelompok militan akan kembali menghancurkan siapapun yang tidak mengikuti ajaran mereka.

Satu bulan sebelumnya, kelompok militan ini diketahui melakukan aksi pembunuhan tiga warga sipil dan melukai 16 orang, ketika menyerang barak tentara PBB.

Pada April lalu, kelompok hak asasi manusia Human Rights Watch, HRW, melaporkan bahwa "satu kelompok Islamis bersenjata yang terkadang disebut sebagai Gerakan Pembebasan Macina "telah melakukan pelanggaran serius" yang menewaskan setidaknya lima orang yang dikabarkan menjadi pemasok informasi kepada militer.

Saksi mata mengatakan kepada HRW bahwa dalam aksinya, kelompok militan ini menyeret seorang kepala desa di dekat Diourna dari rumah dan mengeksekusinya, dan membunuh seorang pria di pasar pada keesokan harinya.

Kala itu mereka beraksi sambil membakar gedung-gedung pemerintahan dan merobohkan menara komunikasi di wilayah tersebut.

Dengan menyebarkan selebaran dan pertemuan-pertemuan masyarakat, kelompok militan itu melontarkan ancaman kepada siapapun yang bekerjasama dengan PBB, pasukan Perancis ataupun pemerintahan Mali.

Kelompok militan ini bukannya terbentuk secara tiba-tiba. Sejak Mali mendapat kemerdekaan dari Perancis pada 1960, pemerintah di Ibu Kota Bamako mengabaikan wilayah utara yang luas dan didominasi gurun serta dihuni 10 persen dari populasi penduduknya yang berjumlah 15 juta orang.

Akibatnya, wilayah tersebut dikuasai oleh beberapa faksi pemberontak yang dipimpin oleh dua kelompok etnis yakni Fulani dan Tuareg. Kedua kelompok itu menyatakan perlawanannya kepada pemerintah dan menuntut otonomi.

Pada 2012, kelompok Islam seperti Gerakan Persatuan dan Jihad di Afrika dan Ansar Dine, Unity and Jihad in West Africa and Ansar Dine, bersatu dengan kelompok atau AQIM, dan mengambil keuntungan dari kekacauan dengan merebut wilayah kekuasaan sendiri.

Berkembangnya kelompok ini memicu intervensi militer pimpinan Perancis agar mereka tidak memperluas daerah kekuasaan ke wilayah selatan hingga Bamako.

Intervensi militer itu membuat kelompok itu tersingkir dari kota-kota besar di wilayah Mali utara, tetapi kelompok pemberontak Tuareg tetap melanjutkan bentrokan dengan pasukan pemerintah.

Meskipun perjanjian gencatan senjata tercapai pada 2014, pertikaian masih terus berlanjut, dan kekuatan kelompok pemberontak membuat tentara Mali tersingkir dari wilayah tersebut.  
Mali dilanda kekacauan baru setelah sejumlah orang bersenjata menyerang hotel mewah di Bumena. (Reuters TV)
"Pemerintah gagal kembali berkuasa di utara, dan sekarang benar-benar kehilangan kendali di sana," ujar Grup Krisis Internasional dalam laporannya pada November 2014. Laporan tersebut mencatat, "integrasi bekas para pemberontak ke dalam pasukan pemerintah memicu rasa frustasi di berbagai kalangan" dan bahwa "telah terjadi lagi kekerasan di Mali utara, terutama karena kegiatan jihadi dan bentrokan antara kelompok-kelompok politik bersenjata."

Gerakan Pembebasan Macina pun muncul di tengah situasi anarkis tersebut.

"Ada bukti bahwa Gerakan Pembebasan Macina muncul di kalangan kelompok Islam etnis Fulani yang dipengaruhi oleh ulama-ulama yang memiliki hubungan dengan Iyad ag Ghali," ujar Kepala Dewan Atlantik Pusat Afrika, J Peter Pham seperti dilansir dari International Busines Times.

Ghali adalah pendiri kelompok Ansar Dine dan bersikap diam hingga Agustus 2014, saat dia tampil dalam sebuah video yang disiarkan melalui saluran AQIM.

Kala itu dia mengeluarkan seruan kepada kaum muslim untuk bangkit melawan Perancis "yang membenci Islam." 

Para saksi mengatakan bahwa anggota kelompok ini memiliki penampilan seperti kaum etnis Fulani. Dan ini masuk akal karena nama kelompok ini adalah nama negara bagian Fulani yang pada abad 19 dipimpin oleh seorang ulama Muslim.
Kegagalan pemerintah Mali membangun wilayah utara negara itu membuat kelompok jihadis tumbuh subur. (Reuters/MALIKAHERE.COM)
"Penggunaan nama itu merujuk pada sejarah Macina yang mungkin dijadikan kendaraan untuk ajaran Iyad ag Ghali agar lebih diterima oleh kaum Fulani," ujar Pham. (yns)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER