Jakarta, CNN Indonesia -- Sayap militan ISIS di Asia Tenggara mengancam akan membalas dendam terhadap Malaysia menyusul penangkapan beberapa anggota mereka oleh pasukan anti teror.
Seperti Dikutip dari laman
The Star, Senin (25/1), ancaman ini disampaikan dalam bahasa Melayu oleh organisasi militan Katibah Nusantara dalam sebuah video. Katibah Nusantara diyakini merupakan sayap ISIS di Asia Tenggara, beranggotakan warga Malaysia dan Indonesia.
Anggota Katibah bernama Abdul Halid dalam video itu mengatakan bahwa jumlah mereka akan terus bertambah walau terus ditangkapi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika Anda tangkap kami, kami akan terus meningkatkan bilangan anggota, tapi jika Anda biarkan kami…kita akan lebih dekat dengan tujuan untuk membawa kembali kedaulatan khilafah," ujar Halid.
"Kami tidak akan tunduk kepada sistem demokrasi karena kami hanya akan mengikut undang-undang Allah," lanjut Halid.
Video ini dirilis menyusul penangkapan tujuh terduga militan ISIS dalam sebuah penggerebekan pekan lalu. Kepala polisi Diraja Malaysia, Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Khalid Abu Bakar mengatakan para terduga teroris yang berusia antara 26 hingga 50 tahun itu ditangkap di Kuala Lumpur, Johor, Kedah, Pahang, dan Selangor.
Kepala divisi Pemberantasan Terorisme Bukit Aman, Ayob Khan, mengatakan tantangan dari Katibah menunjukkan ancaman yang besar dari ISIS terhadap Malaysia. "Hal ini membuktikan bahwa ISIS, terutama kelompok Katibah, memandang negara kita sekuler, sehingga pemerintah dan rakyatnya layak menjadi sasaran," kata Ayob.
Katibah dalam video lainnya menyerukan "saudara-saudara" mereka dari kelompok al-Shabaab di Somalia untuk bergabung dalam pertempuran ISIS di Suriah.
Seruan itu disampaikan dalam bahasa Melayu dengan teks terjemahan bahasa Arab. Ayob mengatakan, penggunaan bahasa Melayu dalam seruan itu menunjukkan dugaan adanya warga Malaysia di dalam organisasi al-Shabaab.
"Ini jelas adalah perkembangan baru yang menunjukkan keterlibatan warga Malaysia dalam kelompok teror. Mengapa mereka berbicara Bahasa Malaysia jika bukan ditujukan untuk rekan senegaranya?" ujar Ayob.
Menurut Ayob, Malaysia terus meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan yang bisa datang kapan saja. Informasi intelijen gencar dikumpulkan untuk mencegah serangan di masa mendatang.
Katibah diyakini memiliki anggota lebih dari 200 orang asal Malaysia dan Indonesia yang dilatih untuk menjadi penembak jitu atau pembuat bom. Kelompok ini pertama kali masuk radar intelijen dua tahun lalu saat masih bernama Majmu’ah al Arkhabiliy.
Bahrun Naim, yang disebut oleh polisi Indonesia sebagai otak serangan di Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu, diyakini adalah anggota kelompok ini.
(stu)