Komunitas ASEAN Bantu Bendung Ekstremisme di Kawasan

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Kamis, 28 Jan 2016 05:59 WIB
Ancaman ekstremisme mulai menyebar hingga ke kawasan Asia Tenggara. Pekan lalu, sebanyak 27 warga negara Bangladesh ditangkap di Singapura terkait dengan ISIS.
ASEAN tengah berkomitmen melawan radikalisme di kawasan (Reuters/Olivia Harris)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ancaman ekstremisme belakangan ini mulai menyebar hingga ke kawasan Asia Tenggara. Pekan lalu, sebanyak 27 warga negara Bangladesh ditangkap di Singapura terkait dengan ISIS. Sementara, sejumlah kelompok militan di Filipina mengaku telah berbaiat kepada ISIS.

Terkait hal ini, Direktur Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI, I Gusti Agung Wesaka Puja memaparkan bahwa komunitas ASEAN dapat membantu membendung aksi-aksi ekstremisme, terorisme dan perekrutan pejuang teroris asing.

Puja memaparkan bahwa penanggulangan terorisme sudah jelas tertera dalam deklarasi Kuala Lumpur soal Komunitas ASEAN yang ditandatangani pada akhir November lalu. Dalam deklarasi itu, para pemimpin negara-negara ASEAN menegaskan kembali komitmen untuk menentang ekstremisme dan terorisme, termasuk soal pejuang teroris asing.
"Posisi ASEAN mengenai ekstremisme, terorisme, foreign fighters sudah jelas di deklarasi Kuala Lumpur. Untuk pencegahan foreign fighters secara teknis diserahkan kepada masing-masing negara," ujar Puja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puja mengakui bahwa secara detail dan teknis ASEAN belum memiliki mekanisme kontraterorisme bersama, sehingga langkah tersebut harus dilakukan oleh masing-masing negara.

Puja menyebutkan para pemimpin negara-negara ASEAN memberdayakan mekanisme ASEAN yang selama ini sudah ada, seperti pusat penanggulangan terorisme yang telah dibangun di Indonesia, Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di Semarang.

Puja melanjutkan bahwa dengan membentuk komunitas ASEAN, pilar politik dan keamanan negara-negara anggota blok ini dapat diperkuat.
"ASEAN community tanpa political security yang kuat di kawasan mustahil membangun komunitas ASEAN yang utuh, termasuk soal MEA [masyarakat ekonomi ASEAN]," ujar Puja.

Ditanya apakah ada mekanisme ASEAN untuk berbagi data intelijen terkait potensi jihadis maupun pejuang asing, Puja mengaku belum ada mekanisme semacam itu, kecuali di ranah kerja sama bilateral antar pemerintah negara yang bersangkutan.

"Kalau data intelijen sifatnya belom ada, itu sistemnya G to G, diserahkan kepada masing-masing pemerintah. Di komunitas intelijen mereka juga punya mekanismenya masing-masing," kata Puja.

Puja juga menampik bahwa MEA dinilai memungkinkan pejuang teroris asing lebih mudah memasuki negara-negara ASEAN.
Puja memaparkan bahwa MEA memiliki empat pilar, yakni pilar berbasis produksi, pilar meningkatkan daya saing, pilar meningkatkan ekonomi hingga lebih merata dan pilar untuk membawa ASEAN ke tingkat global. "Dari empat pilar itu tidak ada pilar yang menyuburkan ekstremisme," lanjut Puja.

"Yang kita ingin kawal utamanya soal root causes dari kemiskinan. Sehingga mestinya MEA memberikan solusi bagi pengentasan kemiskinan di kawasanan. Sehingga, MEA menutup kemungkinan faktor kemiskinan dijadikan alasan untuk ide-ide ekstrem untuk masuk," tutur Puja. (pit)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER