Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Dalam Negeri Swedia, Anders Ygeman mengumumkan bahwa pihaknya berencana untuk mendeportasi hingga 80 ribu pencari suaka yang aplikasinya ditolak.
Ygeman menambahkan pemerintah Swedia akan menggunakan pesawat sewaaan untuk mengirimkan para imigran kembali ke negara asal selama beberapa tahun.
"Kita bicara soal 60 ribu orang, tapi jumlahnya bisa meningkat hingga 80 ribu orang," kata Ygeman, seperti dikutip
RT dari surat kabar lokal,
Svenska Dagbladet pada Rabu (27/1).
Polisi dan pihak berwenang setempat ditugaskan mengorganisir keberangkatan para imigran dengan penerbangan carter. Negara-negara asal pencari suaka belum diungkapkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Swedia memiliki populasi sekitar 9,8 juta penduduk. Negara ini merupakan salah satu negara Uni Eropa yang menampung imigran dalam jumlah besar, jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Pada 2015, Swedia menampung 160 ribu imigran, menurut data dari Badan Migrasi Swedia.
Tingkat kedatangan imigran ke negara itu mulai menurun sejak Januari 2016, ketika Swedia menerapkan pemeriksaan dokumen di perbatasan, setelah negara itu mulai kewalahan menampung para pencari suaka.
Sementara, meningkatnya laporan kekerasan di negara itu membuat para pejabat Swedia menyerukan sistem keamanan yang lebih besar di pusat penampungan pencari suaka.
Pihak kepolisian juga telah meminta 4.100 personel baru setelah serangan penusukan mematikan di fasilitas pengungsian.
Serangan itu terjadi di sebuah fasilitas penampungan imigran di bawah umur dan pengungsi tanpa pendampingan di Mölndal, Swedia selatan pada Senin (25/1), menyebabkan serang staf perempuan berusia 22 tahun tewas oleh seorang anak 15 tahun.
Korban tewas diketahui bernama Alexandra Mezher merupakan lulusan psikologi yang bekerja pada malam hari dan sendirian ketika dia diserang. Motif serangan itu belum diketahui.
"Dia bekerja di pusat penampungan itu selama sekitar empat bulan. Dia ingin melanjutkan studinya, tetapi ingin bekerja dulu untuk mendapat pengalaman," kata teman Mezher, Lejla Filipovic.
Pada Selasa (26/1), lebih dari 40 pencari suaka dilaporkan terlibat dalam perkelahian di sebuah pusat penampungan pengungsi di kota Rosmalen, Belanda. Sebanyak 12 obil polisi dikirim ke tempat penampungan.
Dalam insiden lain pekan lalu, patroli polisi yang terdiri dari 10 petugas terpaksa melarikan diri dari pusat pengungsian Västerås di Swedia, setelah dikepung oleh sekelompok pencari suaka. Padahal, polisi berada di tempat penampungan itu untuk merelokasi seorang anak berusia 10 tahun, yang dilaporkan mengalami pemerkosaan berulang.
Sejumlah langkah pengamanan yang lebih ketat juga diterapkan di negara tetangga Swedia. Denmark, misalnya, meloloskan RUU yang mengizinkan pemerintah menyita barang berharga para imigran.
Sementara, jumlah pengungsi yang rela menyebrangi Laut Mediterania demi impian penghidupan yang lebih baik di Benua Biru hingga kini belum mereda. PBB mengungkapkan terdapat lebih dari 46 ribu imigran yang tiba di Yunani sejak awal tahun, dengan lebih dari 170 orang tewas ketika berusaha menyeberangi laut.