Kapal Terbalik, 24 Imigran Tewas di Laut Mediterania

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 29 Jan 2016 12:43 WIB
Setidaknya 24 imigran, sepuluh di antaranya anak-anak, tewas di Laut Mediterania antara Turki dan Yunani setelah kapal yang mereka tumpangi tenggelam.
Ilustrasi kapal imigran yang melintasi Laut Mediterania. (Reuters/Alkis Konstantinidis)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya 24 imigran, sepuluh di antaranya anak-anak, tewas di Laut Mediterania antara Turki dan Yunani setelah kapal yang mereka tumpangi tenggelam.

Seperti dilansir CNN, otoritas Yunani mengetahui insiden ini setelah seorang pria mencapai pesisir Kokkari, sebelah utara Pulau Samos. Pria ini mengaku baru saja menyelamatkan diri dari kapal yang tenggelam.

Badan patroli Uni Eropa langsung merespons laporan tersebut sementara awak pesawat Pasukan Udara Hellenic menyisir daerah dari atas.
Menurut perwakilan penjaga pantai Yunani, kapal yang membawa 45 orang tersebut ditemukan pada Rabu (27/1) petang. Keesokan harinya, 10 imigran diselamatkan dan 11 lainnya masih belum ditemukan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Insiden ini menambah panjang daftar imigran yang tewas saat mengarungi Laut Mediterania. Organisasi Internasional untuk Migrasi melaporkan bahwa pada bulan ini saja, 224 orang tewas di laut tersebut.

Sepanjang 2015, sebanyak 3.811 orang tewas atau hilang tahun lalu di Laut Mediterania. Menurut badan advokasi tersebut, tingginya angka orang tewas ini merupakan simbol betapa berbahaya kondisi para imigran yang nekat menyeberangi laut menggunakan kapal tak memadai.

Krisis imigran di Eropa

Meskipun sudah mengetahui bahaya tersebut, gelombang pengungsi yang mencoba memasuki Eropa lewat Laut Mediterania semakin banyak setiap harinya. 

Beberapa dari mereka kabur dari konflik berkepanjangan di kampung halamannya di Irak dan Suriah. Lebih dari setengah dari para imigran tersebut juga merupakan warga sipil yang dipaksa pergi dari rumahnya.

Ada pula imigran yang mencoba lari dari kemiskinan mematikan di tanah airnya, seperti Afrika Utara dan Afrika Timur. Selain itu, beberapa dari antara mereka merupakan kombinasi keduanya.
Setiap harinya, mereka tak tahu apakah akan selamat dari kekerasan dan kekurangan makanan. Mereka semua hijrah untuk mencari kehidupan yang lebih baik di belahan Bumi lain.

Hal ini menyebabkan krisis migrasi di Eropa, mendesak para pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan sulit demi membendung satu juta imigran yang tiba di benua itu pada tahun lalu.

Beberapa pemimpin negara bersedia menampung mereka meskipun dihujani kritik dari warganya. Kanselir Jerman, Angela Merkel, dikecam oleh banyak orang karena para pencari suaka diduga melakukan pelecehan seksual dan merampok perempuan di ruas jalan Cologne pada perayaan Tahun Baru 2016.

Sementara itu, negara lain seperti Hungaria dan Slovenia justru membangun tembok perbatasan untuk menghalau pengungsi. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER