Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Hassan Rouhani mengaku tidak masalah jika investor Amerika Serikat ingin menanamkan modalnya di Iran. Bahkan Iran siap menyambut AS dan negara barat lainnya yang ingin berinvestasi di pasar Iran yang menggiurkan usai sanksi nuklir dicabut.
Diberitakan
Reuters, Selasa (2/2), Rouhani mengatakan pencabutan sanksi bulan lalu akan mengundang banyak investor asing ke Iran dan menjadikan negara itu eksportir produk manufaktur, selain minyak.
Beberapa perusahaan multinasional telah bergegas mengambil posisi di Iran saat pasar di negara itu kembali terbuka setelah pencabutan sanksi. Namun banyak kontrak yang belum difinalisasi dan beberapa perusahaan masih khawatir akan risiko bisnis di pasar Iran yang dinilai rentan karena gejolak politik.
Perusahaan AS terutama, masih menahan diri masuk ke Iran. Namun perusahaan Barat lainnya, seperti Airbus dari Perancis, sudah memantapkan bisnis di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika perusahaan AS ingin datang dan berinvestasi di Iran, membawa manufaktur ke Iran, kami tidak ada masalah dengan itu," kata Rouhani dalam wawancara dengan televisi pemerintah.
Rouhani mengatakan perekonomian Iran akan berubah drastis, dengan target ekspor manufaktur, termasuk produk otomotif, di luar dari pemasukan di sektor minyak.
"Dalam hal mobil, kita harus menjadi kelas dunia. Kontrak terbaru yang ditandatangani di Perancis mencakup investasi di Iran dan manufaktur mobil di dalam negara ini, dan mobil akan diekspor," kata dia.
Rouhani menyambangi Roma dan Paris bulan lalu dan menyepakati kerja sama antara produsen mobil Perancis PSA Peugeot Citroen dan Iran Khodro. Perakitan mobil adalah sektor kedua terbesar bagi perekonomian Iran setelah minyak.
Iran juga menargetkan peningkatan ekspor minyak setelah sanksi dicabut. Namun anjloknya harga minyak dalam 18 bulan terakhir dari di atas US$115 per barel menjadi US$35 per barel membuat Iran kembang kempis.
"Tentu saja jatuhnya harga minyak membuat kita tertekan, tapi kita juga bisa melihat kesempatan. Bahkan jika harga minyak naik, kita harus bergantung lebih banyak pada ekspor non-minyak," lanjut Rouhani.
Dia juga mengatakan industri pariwisata Iran bisa sekuat Perancis jika dikelola lebih lanjut. Negara itu, lanjut dia, membutuhkan pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen untuk mengatasi inflasi dan pengangguran yang mencapai di atas 10 persen.
(stu)