Menlu Rusia Klaim Tak Akan Hentikan Serangan Udara di Suriah

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 03 Feb 2016 17:50 WIB
Menlu Rusia menyatakan tidak akan menghentikan serangan udara di Suriah hingga kelompok bersenjata seperti Front al-Nusra berhasil dikalahkan.
Rusia menyatakan tidak akan menghentikan serangan udara di Suriah hingga kelompok bersenjata seperti Front al-Nusra berhasil dikalahkan. (Ministry of Defence of the Russian Federation/Handout)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyatakan negaranya tidak akan menghentikan serangan udara di Suriah hingga sejumlah kelompok bersenjata, seperti sayap al-Qaidah, Front al-Nusra berhasil dikalahkan di negara itu.

Desakan terhadap Rusia untuk menghentikan serangan udara di Rusia datang dari sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat. Menlu AS, John Kerry pada Selasa (2/2) menyatakan Rusia harus berhenti membombardir pasukan oposisi di Suriah, utamanya karena pembicaraan damai yang dipimpin PBB kini sudah dimulai.
"Pemogokan Rusia tidak akan berhenti sampai kami benar-benar mengalahkan organisasi teroris seperti Jabhat al-Nusra . Dan saya tidak melihat mengapa serangan udara ini harus dihentikan," katanya dalam konferensi pers di Muscat, ibu kota Oman.

Lavrov juga menyatakan akan sulit memaksakan penerapan gencatan senjata kecuali perbatasan Suriah dengan Turki diamankan untuk mencegah penyelundupan dan gerakan militan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mengenai gencatan senjata, kami memiliki ide pragmatis dan kami berbicara dengan orang Amerika yang memimpin kelompok pendukung Suriah, dan kami berharap mendiskusikan ide ini pada pertemuan 11 Februari, " kata Lavrov, merujuk pada pertemuan Kelompok Internasional Pendukung Suriah yang akan bertemu di Munich, Jerman.
Pada Minggu (31/1), perundingan damai antara pemerintaha Suriah dengan perwakilan kelompok oposisi di Jenewa dinodai oleh ledakan bom di dekat Damaskus, Minggu (31/1). Sebanyak 60 orang tewas dan 110 orang terluka.

PBB, yang menggelar perundingan itu, berharap perundingan bisa berlangsung selama enam bulan dengan tujuan pertama, gencatan senjata, dan kemudian menciptakan stabilitas politik di Suriah.

Konflik antara pemerintah dan oposisi sudah berlangsung selama hampir 5 tahun dan memakan korban lebih dari 250 ribu orang. Lebih dari 10 juta orang mengungsi.
Sementara, kelompok pemerhati HAM di Suriah, Syrian Observatory for Human Rights merilis laporan pada Sabtu (30/1) bahwa Serangan udara Rusia terhadap Suriah telah menewaskan hampir 1.400 warga sipil sejak serangan itu dimulai pada empat bulan lalu.

Menurut laporan Observatory, serangan Rusia sudah menewaskan 964 pejuang ISIS dan 1.233 pejuang dari kelompok pemberontak yang lain.

Rusia sendiri mengatakan targetnya adalah kelompok militan ISIS. Tapi kelompok pemberontak dan masyrakat mengatakan, serangan itu justru memporak-porandakan permukiman warga sipil yang tidak berada di area pertempuran. (ama/ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER