Hampir 5.000 Imigran Anak-anak Hilang di Jerman

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 04 Feb 2016 14:43 WIB
Pemerintah Jerman mengatakan bahwa hampir 5.000 anak dan remaja pencari suaka hilang dari tempat penampungan pengungsi sejak awal 2016.
Seorang juru bicara Kepolisian Kriminal Federal Jerman (BKA) mengatakan total 4.749 anak dan remaja tak berpendamping itu dilaporkan hilang sejak memasuki negara tersebut. (Reuters/Leonhard Foeger)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Jerman mengatakan bahwa hampir 5.000 anak dan remaja pencari suaka hilang dari tempat penampungan pengungsi sejak awal 2016.

Seorang juru bicara Kepolisian Kriminal Federal Jerman (BKA) mengatakan total 4.749 anak dan remaja tak berpendamping itu dilaporkan hilang sejak memasuki negara tersebut.

Sekitar 10 persen dari keseluruhan anak yang hilang masih berusia di bawah 13 tahun, sementara 4.387 lainnya berumur 14 dan 17 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BKA meyakini beberapa anak akan kembali lagi. Angka tersebut juga bisa jadi salah jika ada anak yang dinyatakan hilang dari beberapa lokasi berbeda. BKA tak menyebutkan kemungkinan anak-anak tersebut menjadi korban kekerasan.
Namun, presiden Badan Perlindungan Anak Jerman, Heinz Hilgers, mengatakan bahwa anak-anak itu bisa menjadi korban kejahatan.

"Pelakunya tidak harus paedofil. Mereka memiliki penyakit yang kebanyakan orang di seluruh penjuru dunia punya, yaitu mereka tidak peduli bagaimana caranya mendapatkan uang," ujar Hilgers kepada Frankfurter Rundsch seperti dikutip RT.

Perwakilan dari Asosiasi Jerman untuk Pengungsi Bawah Umur Tak Berpendamping, Niels Espenhorst, menyalahkan pemerintah atas kesalahan proses pendaftaran di Jerman yang berujung pada tak terlacaknya keberadaan anak-anak tersebut.

"Bukan hanya sistem bagaimana pengungsi datang ke Eropa, tapi juga bagaimana proses registrasi di Jerman," ucapnya.
Laporan ini dilansir setelah Europol mengumumkan pada Januari bahwa 10 ribu anak-anak hilang sejak mereka memasuki wilayah Uni Eropa. Pelaku perdagangan mansuai diduga kuat mengambil keuntungan dari krisis pengungsi untuk mencari budak seks dan pekerja.

Menurut kepala staf Europol, Brian Donald, setidaknya 5.000 anak hilang di Italia dan 1.000 lainnya di Swedia.

Sementara itu, lembaga Save the Children memperkirakan sekitar 26 ribu pengungsi anak-anak tiba di Eropa pada 2015. Sejauh ini, telah tercatat banyak kasus pelecehan seksual, kekerasan, dan pemerasan yang melibatkan pengungsi anak-anak.

“Anak-anak ini butuh dan pantas mendapat pertolongan dan perlindungan kita. Ditinggal untuk menghidupi diri sendiri, anak-anak yang [pergi] sendiri ini sangat rentan di sepanjang rute pengungsi. Anak-anak dilaporkan dipukuli, diperas dan dilecehkan secara seksual dalam perjalanan mereka,” kata CEO Save the Children, Justin Forsyth. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER