Kanselir Jerman: Pengungsi Harus Pulang Setelah Perang Usai

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 01 Feb 2016 17:06 WIB
Kanselir Jerman Angela Merkel bersikeras sebagian besar pengungsi dari Suriah dan Irak akan kembali ke negara asal setelah konflik berakhir.
Kanselir Jerman Angela Merkel bersikeras sebagian besar pengungsi dari Suriah dan Irak akan kembali ke negara asal setelah konflik berakhir. (Reuters/Fabrizio Bensch)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kanselir Jerman Angela Merkel mencoba mengambil hati para kritikus yang memprotes kebijakannya yang ramah kepada imigran, dengan bersikeras bahwa sebagian besar pengungsi dari Suriah dan Irak akan kembali ke negara masing-masing setelah konflik di kedua negara itu berakhir.

Pamor Merkel dikabarkan terus turun karena isu imigran, utamanya setelah laporan pelecehan seksual di Cologne pada malam pergantian tahun 2016 yang diduga dilakukan oleh imigran. Pengkritik Merkel menyerukan pembatasan pengungsi atau penutupan perbatasan Jerman.
Dukungan untuk partai konservatif pimpinan Merkel juga terus anjlok, digempur dengan perdebatan soal bagaimana Jerman akan mengintegrasikan 1,1 juta imigran yang tiba di negara ini sepanjang tahun 2015.

Isu imigran ini dimainkan oleh partai sayap kanan, Alternatif untuk Jerman (AFD), yang terus merima dukungan. Pemimpin partai ini, Frauke Petry pada Sabtu (30/1) menyerukan bahwa imigran yang memasuki Jerman secara ilegal, bila perlu, boleh ditembak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merkel menekankan penting untuk mengingat bahwa sebagian besar pengungsi hanya diizinkan tinggal untuk jangka waktu yang terbatas.

"Kita perlu mengatakan kepada mereka bahwa ini merupakan status sementara dan kami berharap bahwa, setelah perdamaian tercipta kembali di Suriah, setelah ISIS telah dikalahkan di Irak, Anda kembali ke negara asal dengan pengetahuan yang meningkat," katanya dalam pertemuan regional Uni Demokratik Kristen (CDU) di negara bagian Mecklenburg-Vorpommern.

Merkel mencontohkan bahwa 70 persen dari jumlah pengungsi yang melarikan diri dari bekas Yugoslavia ke Jerman pada dekade 1990-an telah kembali ke negara asal.

Horst Seehofer, pemimpin Uni Sosial Kristen (CSU), partai yang terkait dengan CDU, mengancam akan menuntut pemerintah ke meja pengadilan jika Jerman tak juga berupaya menghalau arus imigran.
Sementara, Merkel mendesak sejumlah negara Eropa lainnya untuk menawarkan lebih banyak bantuan "karena jumlah [imigran] perlu dikurangi lebih banyak, dan tidak boleh mulai banyak kembali, terutama di musim semi."

Kepala lembaga perbatasan Uni Eropa, Frontex, Fabrice Leggeri, menyatakan dugaan PBB bahwa akan terdapat satu juta imigran lagi yang mencoba mencapai Eropa melalui wilayah timur Mediterania dan Balkan Barat tahun depan mungkin saja terjadi.

"Ini akan menjadi prestasi besar jika kita bisa menjaga jumlah [pengungsi] stabil," katanya kepada majalah Der Spiegel.

Merkel menilai semua negara Uni Eropa harus memiliki kepentingan dalam melindungi perbatasan eksternal blok tersebut. Merkel memperingatkan bahwa banyak negara akan terkena imbasnya jika zona Schengen internal yang bebas paspor tak lagi diterapkan atau wilayah perbatasan ditutup.

Petry menyatakan kepada surat kabar Mannheimer Morgen bahwa Jerman diperlukan untuk mengurangi masuknya [imigran] melalui perjanjian dengan negara tetangga Austria dan penguatan perbatasan eksternal Uni Eropa.
Tapi Petry juga mengatakan bahwa Jerman tak seharusnya malu untuk mengembalikan para imigran maupun menciptakan "instalasi perlindungan perbatasan," dan para petugas yang bekerja di fasilitas ini diperbolehkan untuk menembak imigran jika perlu.

Menurut Petry, tidak ada polisi yang ingin menembak seorang migran, seraya menambahkan "Saya tidak ingin itu tapi, pada akhirnya, pencegahan termasuk penggunaan kekuatan bersenjata."

Komentar seperti itu membangkitkan kenangan perpecahan Perang Dingin Jerman, ketika penjaga di wilayah Timur yang dihuni para komunis pimpinan Erich Honecker, diperintahkan menembak orang yang mencoba untuk menyeberangi perbatasan yang dijaga ketat ke arah Barat.

"Politisi Jerman terakhir yang membiarkan pengungsi ditembak adalah Erich Honecker," kata Thomas Oppermann, salah satu anggota senior Partai Sosial Demokrat. (ama/den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER