FBI Tidak Mampu Buka Ponsel Penembak San Bernardino

CNN Indonesia
Rabu, 10 Feb 2016 12:26 WIB
Badan Investigasi Federal Amerika Serikat, FBI, mengaku belum bisa membuka telepon seluler milik pelaku penembakan di San Bernardino.
Badan Investigasi Federal Amerika Serikat, FBI, mengaku belum bisa membuka telepon seluler milik pelaku penembakan di San Bernardino. (Reuters/Alex Gallardo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Investigasi Federal Amerika Serikat, FBI, mengaku belum bisa membuka telepon seluler milik pelaku penembakan di San Bernardino. Isi ponsel itu dianggap penting bagi penyelidikan kasus penembakan yang menewaskan 16 orang tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Direktur FBI, James Comey, dalam pemaparannya kepada Senat AS, seperti dikutip The Telegraph, Selasa (9/2).

Pernyataan Comey ini merupakan keluhan banyak petugas keamanan di seluruh dunia soal canggihnya teknologi enkripsi ponsel belakangan ini. Hal ini dianggap menghambat penyelidikan kasus kriminal.
"Di San Bernardino, penyelidikannya sangat penting, kami masih memiliki ponsel salah satu pembunuh namun tidak bisa membukanya. Ini sudah dua bulan dan kami masih berusaha," kata Comey.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelaku penembakan di San Bernardino, Syed Farook dan istrinya Tashfeen Malik, menembaki fasilitas penyandang cacat yang menewaskan 14 orang. Farook dan Malik lalu tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Penyidik berharap isi ponsel tersebut mampu mengungkap hubungan antara kedua pelaku dengan kelompok radikal ISIS atau teroris lainnya di seluruh dunia.

FBI tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini. Sebelumnya pemerintah Inggris juga mengeluhkan semakin sulitnya mengakses perangkat teknologi para pelaku kejahatan.

ISIS sendiri mendorong para pengikutnya untuk mengunci telepon seluler mereka dengan sebuah perangkat lunak.
"Alat-alat ini bisa menghambat bukti-bukti kejahatan pornografi anak, komunikasi seseorang sebelum mereka terbunuh, atau sebelum mereka hilang," kata Comey.

Inggris memiliki Undang-undang Kekuatan Penyelidikan yang mewajibkan perusahaan teknologi dan penyedia layanan telekomunikasi untuk memberikan data komunikasi seorang pengguna jika diminta.

Inggris juga telah mendesak perusahaan-perusahaan itu menciptakan jalan belakang agar aparat mampu membobol ponsel seseorang.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER