Trump Dukung Invasi AS ke Irak dalam Wawancara pada 2002

Hanna Azarya Samosir/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 19 Feb 2016 14:37 WIB
Donald Trump, kandidat capres AS dari Partai Republik, ternyata pernah menyatakan dukungan terhadap invasi tersebut dalam sebuah wawancara pada 2002.
Kritik Donald Trump terhadap kebijakan Presiden George W. Bush membuat jengkel pendukung Partai Republik, terutama di South Carolina yang akan menggelar pemungutan suara pada Sabtu (20/2). (Getty Images/Christopher Furlong)
Jakarta, CNN Indonesia -- Donald Trump, kandidat calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik yang dalam kampanyenya selama ini selalu menentang perang Irak, ternyata pernah menyatakan dukungan terhadap invasi tersebut dalam sebuah wawancara pada 2002.

Hasil wawancara dengan Buzzfeed tersebut disiarkan kembali pada Kamis (18/2). Dalam rekaman tersebut, terdengar sang penyiar, Howard Stern, bertanya kepada Trump apakah ia mendukung AS menginvasi Irak.
"Ya, saya rasa begitu," ujar Trump dalam rekaman suara tersebut seperti dikutip Reuters.

Setelah rekaman itu beredar, Trump langsung membela diri dalam kampanye di South Carolina. Ia mengatakan bahwa wawancara itu tidak relevan karena pandangannya sudah berubah sebelum invasi dilakukan.
"Ketika perang dimulai, saya menentangnya. Setelah benar-benar terjadi, saya benar-benar menentangnya," ucap Trump.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Trump berulang kali menegaskan penolakannya terhadap invasi ke Irak untuk menunjukkan ketegasan kebijakan luar negeri yang diusung.

Namun, kritiknya terhadap kebijakan Presiden George W. Bush ini membuat jengkel pendukung Partai Republik, terutama di South Carolina yang akan menggelar pemungutan suara pada Sabtu (20/2). Negara bagian tersebut dikenal sebagai salah satu basis besar pendukung Bush.
Komentar ini dilontarkan oleh Trump tak lama setelah ia juga membuat jengkel salah satu patisipan acara CNN yang mengaku kesal ketika pengusaha tersebut menuding Bush berbohong mengenai alasan berperang di Irak.

Saat itu, Trump merujuk pada tuduhan yang menyebut bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal. Tudingan ini pada akhirnya terbukti salah.

"Pergi ke Irak mungkin merupakan keputusan terburuk yang pernah dibuat seseorang, presiden, dalam sejarah negara ini. Sebegitu buruk keputusan itu," katanya. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER