Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa aparat negaranya sudah menahan 14 orang di tujuh provinsi berbeda atas tuduhan keterlibatan dalam serangan bom mobil yang menewaskan setidaknya 28 orang di Ankara pada 17 Februari lalu.
Dalam konferensi pers pada Kamis (18/2), Erdogan memperkirakan bahwa jumlah orang ditahan kemungkinan bisa lebih dari 14 orang.
"Saya rasa penahanan tidak hanya terbatas pada angka 14," ujar Erdogan seperti dikutip media Turki,
Hurriyet Daily News.
Sementara, kantor berita
Anadolu mengutip sumber di kantor kejaksaan Ankara bahwa petugas berwenang telah menangkap 17 orang yang terkait dengan pengeboman tersebut. Ditemukan juga sejumlah bukti bahwa mereka terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erdogan kemudian kembali menegaskan bahwa kelompok yang bertanggung jawab atas serangan tersebut adalah kelompok PKK dan Unit Pelindung Rakyat (YPG), sayap bersenjata dari Partai Persatuan Demokrasi (PYD).
"Meskipun PKK dan PYD menyanggah, informasi dari Kementerian Dalam Negeri dan intelijen menunjukkan bahwa mereka merupakan dalang [di balik serangan itu]," ucap Erdogan.
Dalam kesempatan tersebut, Erdogan sekali lagi menekankan betapa berbahayanya PYD karena memiliki hubungan baik dengan PKK, kelompok yang dianggap terlarang di Turki.
"Proses ini akan membantu rekan kami dalam komunitas internasional untuk memahami betapa dekatnya hubungan PYD dan YPG dengan PKK," tutur Erdogan.
Selama ini, Amerika Serikat yang merupakan sekutu Turki, menolak melabeli PYD sebagai kelompok teroris. AS bekerja sama dengan PYD dalam menggempur ISIS di Suriah.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, juga menyatakan komentar senada dengan Erdogan.
"Mengikutsertakan kelompok teror seperti YPG ke dalam pertempuran melawan ISIS di Suriah merupakan pertanda kelemahan. Semua pihak harus menghentikan ini. Secara khusus, sekutu kami, Amerika Serikat, harus segera menghentikan kesalahan ini," kata Cavusoglu seperti dikutip
Reuters.
Cavusoglu mengungkapkan Menlu AS, John Kerry menyatakan kepadanya bahwa pejuang Kurdi tidak dapat dipercaya. Pernyataan ini, menurut Cavusoglu membuktikan pendapat pejabat Washington soal pejuang Kurdi sudah bergerser.
"Rekan saya Kerry menyatakan bahwa YPG tidak bisa dipercaya. Ketika Anda mendengar sejumlah pernyataan dari Amerika, masih terdapat pernyataan yang bertolak belakangan dan membingungkan. Kami senang mendengar dari John Kerry kemarin bahwa pandangannya soal YPG sebagian telah berubah," ujar Cavusoglu.
AS selama ini tidak menganggap YPG sebagai kelompok teroris. Juru bicara Kemenlu AS menyatakan pada Kamis (18/2) bahwa Washington tidak dalam posisi yang tepat untuk mengkonfirmasi atau membantah tuduhan Turki yang menyatakan YPG merupakan dalang pengeboman Ankara.
Sebaliknya, juru bicara yang tak disebutkan namanya itu mendesak Turki untuk menghentikan serangan penembakan kepada YPG. Sayap politik YPG membantah bahwa pihaknya bertanggung jawab atas pengeboman itu dan menuduh Turki memanfaatkan serangan kepada mereka sebagai alasan meningkatnya serangan di Suriah Utara.
(ama)