Jakarta, CNN Indonesia -- Kedatangan Puteri Thailand, Sirindhorn, ke salah satu daerah termiskin di Kamboja langsung merebak kontroversi setelah pemerintah menghabiskan dana setidaknya US$40 ribu atau setara Rp537,6 juta hanya untuk membangun toilet sementara.
Toilet seluas delapan meter tersebut dibangun menghadap Danau Yeak Lom di Kota Banlung, Ratanakkiri. Kamar kecil tersebut dibangun oleh Siam Cement Group (SCG) atas permintaan puteri dan berhasil dirampungkan dalam 19 hari.
"Toilet ini dibangun untuk digunakan oleh puteri Thailand. Ketika kunjungan puteri selesai, mereka akan membawa peralatan toilet kembali ke Thailand, tapi puteri akan meninggalkan bangunannya untuk digunakan oleh komunitas," ujar kepala komite Danau Yeak Lom, Ven Churk, seperti dikutip The Cambodia Daily, Sabtu (20/2).
Kepala komunitas Yeak Lom, Tin Luong, mengaku kagum melihat fasilitas khusus puteri tersebut. Menurutnya, toilet itu dibangun dengan bahan yang sangat modern.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya perkirakan mereka menghabiskan sekitar US$20 ribu hingga US$30 ribu hanya untuk konstruksi bangunan itu karena semua bahannya sangat modern," katanya.
Wakil Gubernur Ratanakkiri, Nhem Sam Oeun, mengatakan bahwa buruh Kamboja juga sudah membangun toilet modern lainnya untuk delegasi puteri.
Menurut Oeun, Sirindhorn akan singgah di Ratanakkiri untuk bersantai sejenak sebelum melanjutkan rangkaian acara keesokan harinya.
Merujuk pada jadwal Kementerian Luar Negeri Kamboja, Sirindhorn akan bertemu dengan Raja Kamboja, King Norodom Sihamoni. Ia juga akan meresmikan pusat kesehatan di Ratanakkiri serta menghadiri pembangunan institut teknologi baru di Kompong Speu.
Seperti dilansir The Independent, Ratanakkiri merupakan salah satu provinsi dengan pembangunan tertinggal di Kamboja. Penduduknya jarang dan mayoritas bekerja sebagai petani. Mereka memiliki sejarah panjang eksploitasi tambang.
Andrew MacGregor Marshall, seorang mantan jurnalis dan pengarang buku "A Kingdom in Crisis: Thailand’s Struggle for Democracy in the Twenty-First Century" mengatakan bahwa pembangunan toilet tersebut merupakan penghinaan bagi rakyat Kamboja.
"Kerajaan Thailand selalu mencoba menciptakan kesan bahwa mereka hidup sederhana dan mengutamakan rakyat. Namun, fakta bahwa toilet mahal dibangun di Kamboja untuk digunakan oleh Puteri Sirindhorn menunjukkan tak terhubungnya propaganda Thailand dan kenyataan," katanya.
Direktur Tim Pembangunan Pedesaan Kamboja, Channy Or, menjabarkan bahwa biaya pembangunan toilet untuk Sirindhorn lebih besar 130 kali lipat dari pendirian kamar mandi biasa di daerah tersebut.
Marshall pun kembali melontarkan protesnya dengan berkata, "Kebanyakan warga Kamboja memiliki akses terbatas untuk fasilitas kebersihan. Biaya yang dihabiskan untuk toilet ini dapat digunakan untuk menolong puluhan keluarga Khmer keluar dari kemiskinan."
(stu/stu)