ISIS Manipulasi Nilai Tukar Dinar Irak

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 23 Feb 2016 14:39 WIB
ISIS di kota Mosul, Irak utara dilaporkan memanipulasi nilai tukar antara dolar AS dan dinar Irak untuk memeras uang dari masyarakat lokal.
Ilustrasi militan ISIS (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok militan ISIS di kota Mosul, Irak utara dilaporkan memanipulasi nilai tukar antara dolar AS dan dinar Irak untuk memeras uang dari masyarakat lokal. Upaya ini dilihat sebagai salah satu langkah putus asa dari ISIS ketika sejumlah pusat keuangan mereka hancur lebur dibombardir serangan udara.

Koalisi serangan udara internasional pimpinan Amerika Serikat belakangan ini menargetkan sejumlah pusat keuangan ISIS dengan tujuan menekan kondisi finansial kelompok militan yang telah berhasil menguasai sejumlah wilayah di Irak dan Suriah itu.

Sejak Oktober lalu, koalisi serangan udara berhasil menghancurkan setidaknya 10 "fasilitas koleksi uang tunai" milik ISIS yang diperkirakan mengandung ratusan juta dolar. Koalisi juga berhasil mengurangi kemampuan ISIS untuk mengekstrak, menyuling dan mengangkut minyak yang menjadi sumber utama pendapatan kelompok militan ini, meskipun harga minyak dunia sedang anjlok.
Kesulitan keungan di tubuh ISIS juga terlihat dari sejumlah laporan soal pemotongan upah pejuang ISIS hingga setengahnya. Rata-rata gaji pejuang ISIS dipotong dari US$400 (Rp5,3 juta) menjadi US$200 (Rp2,6 juta) per bulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara upah bagi para pejuang asing sebesar US$600 (Rp6 juta) hingga US$800 (Rp10,7 juta), juga terkena pemotongan, tetapi tidak jelas besaran pemotongan tersebut, menurut juru bicara koalisi internasional, Kolonel Angkatan Darat AS, Steve Warren.

Namun, ISIS yang mengusai sistem ekonomi lokal, nampaknya beradaptasi atas sejumlah kesulitan di bidang finansialnya dengan memanipulasi nilai tukar antara dolar AS dan dinar Irak di Mosul, kota yang diklaim sebagai ibu kota ISIS di Irak.

Kelompok militan ini menghasilkan dolar dengan menjual bahan pokok yang diproduksi di sejumlah pabrik yang mereka kuasai kepada distributor lokal. Namun, menurut kesaksian pedagang mata uang di Mosul kepada Reuters, ISIS membayar gaji bulanan kepada para pejuangnya dan pegawai publik di wilayah kekuasaannya dengan dinar.
Upaya ini menghasilkan keuntungan hingga 20 persen di bawah harga mata uang yang mereka berlakukan yang memperkuat dolar ketika ditukar dengan mata uang yang lebih rendah, yakni dinar Irak.

"Daesh [ISIS] menjual (produk) untuk para pedagang dalam dolar, tetapi membayar gaji dalam denominasi dinar yang lebih kecil," kata seorang karyawan biro pertukaran mata uang di Mosil yang tak dipublikasikan namanya.

Menurut nilai pertukaran mata uang yang resmi ditetapkan oleh pemerintah Irak, US$100 (Rp1,3 juta) saat ini bernilai sekitar 118 ribu dinar.

Namun di Mosul, menurut pemilik biro penukaran mata uang, US$100 bernilai 127.500 dinar (Rp1,4 juta) ketika ditukarkan dengan pecahan 25 ribu dinar, pecahan dinar terbesar yang beredar di Irak.

Sementara, ketika ditukarkan dengan pecahan terkecil, yakni 250 dinar, harga dolar AS naik dengan signifikan. US$100 bernilai 155 ribu dinar (Rp1,7 juta). Sedang dalam transaksi bisnis, ISIS lebih memilih pecahan uang yang lebih besar karena lebih mudah dibawa.
Tiga pedagang mata uang lainnya mengonfirmasi nilai pertukaran mata uang ini. Ketiganya bersedia mengungkapkan hal ini dengan syarat nama mereka tidak dipublikasikan, seperti dilansir Reuters, Senin (22/2).

Meski demikian, belum diketahui berapa banyak perolehan ISIS dari hasil merekayasa formulasi pertukaran mata uang tersebut. Belum jelas juga apakah praktik semacam ini juga diterapkan di wilayah kekuasaan ISIS lainnya di luar Mosul.

Menurut para pedagang mata uang, tidak ada yang berani untuk melanggar aturan ISIS tersebut, karena ISIS mengancam akan menyita uang mereka.

"Tidak ada yang berani mengambil risiko itu," kata salah satu pedagang mata uang kepada Reuters.

ISIS mengoperasikan keuangannya dengan uang tunai dan menguasai sebagian besar pabrik penting untuk kebutuhan sehari-hari, sepeti pabrik semen, tepung dan tekstil.

Tak heran, ISIS kerap disebut sebagai kelompok teroris terkaya di dunia. Kelompok ini menjarah hampir setengah miliar dolar dari bank di wilayah yang dikuasainya pada 2014. ISIS juga diperkirakan mendapatkan untung jutaan dolar dari praktik penyelundupan minyak, penerapan pajak dan uang tebusan.

Pada Januari lalu, koalisi serangan udara mengklaim menyerang sejumlah fasilitas minyak ISIS sehingga berhasil memotong pendapatan mintak kelompok militan ini sekitar 30 persen sejak Oktober lalu.
Para pejabat pertahanan AS memperkirakan kelompok ini berpenghasilan sekitar US$47 juta (Rp630 miliar) per bulan.

"(Serangan ini) mungkin tidak dapat merobohkan mereka hari ini, tapi seiring waktu, mereka mulai melemah dan menyebabkan mereka tidak dapat berfungsi dengan cara yang mereka inginkan," katanya kepada wartawan pekan lalu.

Pemerintah Irak sendiri ingin merebut kembali Mosul tahun ini dari ISIS, menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan negara itu sejak invasi pimpinan AS pada 2003. Ini juga menjadi bagian dari strategi AS untuk mengalahkan ISIS.

Saksi mata menyatakan bahwa target terbaru serangan udara koalisi adalah gedung bank sentral di Mosul yang hancur dalam serangan udara bulan ini.

Foto yang diterbitkan oleh kantor berita Amaq, yang mendukung ISIS, menunjukkan bangunan runtuh yang hancur lebur, tidak bersissa lagi bangunan yang dulunya berfungsi mengatur sistem keuangan Irak. (ama/stu)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER