Bahan Radioaktif Berbahaya Milik Irak Dicuri

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Kamis, 18 Feb 2016 18:31 WIB
Pencurian materi radioaktif menimbulkan kekhawatiran di Irak bahwa bisa saja bahan itu digunakan sebagai senjata oleh kelompok militan ISIS.
Ilustrasi bahan radioaktif (Thinkstock/Stockbyte)
Jakarta, CNN Indonesia -- Petugas berwenang Irak tengah mencari bahan radioaktif yang "sangat berbahaya" yang dicuri tahun lalu. Pencurian ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Irak bahwa bahan radioaktif itu digunakan sebagai senjata oleh kelompok militan ISIS.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Rabu (17/2) mengungkapkan bahwa Baghdad telah melaporkan pencurian itu pada November lalu, namun belum meminta bantuan untuk mendapatkan kembali materi radioaktif tersebut.

Dokumen kementerian lingkungan Irak yang didapatkan oleh Reuters dan dikonfirmasi oleh sejumlah pejabat menyebutkan materi radioaktif yang disimpan dalam kotak pelindung khusus seukuran laptop yang hilang dari fasilitas penyimpanan di dekat kota Basra itu diproduksi oleh perusahaan penyedia jasa di sektor minyak dan gas, Weatherford.
Juru bicara kementerian lingkungan Irak menyatakan dia tidak bisa membahas masalah tersebut karena terkait dengan keamanan nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara Weatherford merilis pernyataan bahwa perusahaan asal AS itu tidak bertanggung jawab atas pencurian tersebut. "Kami tidak memiliki, mengoperasikan atau mengendalikan sumber atau fasilitas di mana materi itu disimpan," bunyi pernyataan dari Weatherford.

Materi radioaktif itu menggunakan sinar gamma untuk menguji kelemahan dalam bahan yang digunakan untuk jaringan pipa minyak dan gas dalam proses gamma radiografi untuk industri, dimiliki SGS Turki yang berbasis di Istanbul. Namun, pejabat SGS di Irak menolak berkomentar soal hal ini.

Dokumen kementerian lingkungan Irak tertanggal 30 November yang ditujukan kepada Bagian Pencegahan Radiasi itu menyatakan "pencurian materi radioaktif Ir-192 yang sangat berbahaya dengan aktivitas radioaktif yang sangat tinggi milik SGS dari depot milik Weatherford di Rafidhia, daerah provinsi Basra."
Pejabat kementerian lingkungan senior yang berbasis di Basra menyatakan bahwa perangkat terkandung sampai 10 gram "kapsul" Ir-192, isotop radioaktif dari iridium juga digunakan untuk mengobati kanker. Pejabat itu menolak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara kepada publik.

IAEA menyatakan materi itu digolongkan sebagai bahan radioaktif Kategori 2, yang berarti bahwa jika tidak dikelola dengan baik, maka dapat menyebabkan luka permanen untuk orang yang berada di dekatnya selama beberapa menit atau jam, dan bisa berakibat fatal kepada seseorang terpapar bahan itu dalam hitungan jam atau hari.

Seberapa bahayanya paparan radioaktif itu ditentukan oleh sejumlah faktor, seperti kekuatan material dan usia manusia yang terpapar. Dokumen kementerian lingkungan menyebutkan materi radioaktif itu menimbulkan risiko fisik yang berbahaya serta ancaman keamanan nasional.

Dicuri ISIS?

Sebelum insiden ini, sejumlah besar materi radioaktif Ir-192 juga hilang di sejumlah negara, seperti di Amerika Serikat dan Inggris. Hal ini semakin memicu kekhawatiran di antara para pejabat keamanan bahwa materi tersebut dapat digunakan untuk membuat bom kotor.
Bom kotor dibuat dengan menggabungkan bahan nuklir dengan bahan peledak konvensional untuk mencemari suatu daerah dengan radiasi. Bom kotor berbeda dengan senjata nuklir yang menggunakan fisi nuklir untuk memicu ledakan yang jauh lebih kuat.

"Kami takut unsur radioaktif akan jatuh ke tangan Daesh," kata pejabat keamanan senior Irak yang dekat dengan penyelidikan pencurian itu, merujuk kepada nama lain ISIS.

"Mereka dapat dengan mudah memasangkan [materi radioaktif itu] ke bahan peledak untuk membuat bom kotor," kata pejabat yang bekerja di kementerian dalam negeri namun tak mau namanya disebutkan.

Meski demikian, Departemen Luar Negeri AS menyadari adanya laporan pencurian bahan radioaktif ini, namun tidak melihat adanya tanda bahwa materi itu dicuri oleh ISIS atau kelompok militan lainnya.

Hingga saat ini belum ada indikasi bahan radioaktif ini jatuh ke tangan ISIS yang menguasai sepertiga wilayah Irak dan Suriah pada 2014 namun tidak berhasil menguasai wilayah Basra. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER