Jakarta, CNN Indonesia -- Kamboja menyambut kedatangan Puteri Thailand, Sirindhorn, dengan penuh persiapan, termasuk membangun kamar mandi seharga US$40 ribu atau setara Rp537 juta. Namun saat sang puteri tiba, toilet tersebut sama sekali tak digunakan.
Kamar mandi tersebut memang sengaja dibangun di dekat Danau Yeak Lom, Ratanakkiri, oleh Kamboja atas permintaan Sirindhorn yang dijadwalkan singgah di daerah timur laut Kamboja tersebut pada Senin (22/2).
Namun hingga Sirindhorn mengakhiri lawatannya pada Selasa (23/2), ia sama sekali tak menggunakan toilet tersebut.
"Ia tidak masuk ke dalam kamar mandi itu. Ia hanya melihatnya dari luar dan memotret," ujar seorang pemimpin komunitas di Yeak Lom, Ven Churk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Toilet itu kemudian disingkirkan dan bangunannya akan digunakan sebagai pos penjagaan bagi turis yang ingin berkunjung ke daerah wisata itu.
Pembangunan kamar kecil ini sempat merebak kontroversi di Kamboja. Pasalnya, daerah tempat toilet itu dibangun merupakan salah satu daerah miskin di Kamboja.
Seperti dilansir
The Independent, Ratanakkiri merupakan salah satu provinsi dengan pembangunan tertinggal di Kamboja. Penduduknya jarang dan mayoritas bekerja sebagai petani. Mereka memiliki sejarah panjang eksploitasi tambang.
Andrew MacGregor Marshall, seorang mantan jurnalis dan pengarang buku "A Kingdom in Crisis: Thailand’s Struggle for Democracy in the Twenty-First Century" mengatakan bahwa pembangunan toilet tersebut merupakan penghinaan bagi rakyat Kamboja.
"Kerajaan Thailand selalu mencoba menciptakan kesan bahwa mereka hidup sederhana dan mengutamakan rakyat. Namun, fakta bahwa toilet mahal dibangun di Kamboja untuk digunakan oleh Puteri Sirindhorn menunjukkan tak terhubungnya propaganda Thailand dan kenyataan," katanya.
Direktur Tim Pembangunan Pedesaan Kamboja, Channy Or, menjabarkan bahwa biaya pembangunan toilet untuk Sirindhorn lebih besar 130 kali lipat dari pendirian kamar mandi biasa di daerah tersebut.
Marshall pun kembali melontarkan protesnya dengan berkata, "Kebanyakan warga Kamboja memiliki akses terbatas untuk fasilitas kebersihan. Biaya yang dihabiskan untuk toilet ini dapat digunakan untuk menolong puluhan keluarga Khmer keluar dari kemiskinan."
Sementara itu, Thailand sendiri merupakan salah satu monarki terkaya di dunia dengan kemampuan membangun investasi bisnis besar, seperti perusahaan yang membangun toilet tersebut, Siam Cement Group, dan Siam Commercial Bank.
(ama)