Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah China akan menggunakan pendekatan budaya untuk menyampaikan pesan penegakan hukum dan anti radikalisme di wilayah Xinjiang.
Diberitakan
Reuters yang mengutip
Xinjiang Daily, Rabu (24/2), pemerintah China akan memulai kembali aktivitas pembinaan masyarakat untuk sosialisasi undang-undang pemberantasan terorisme yang baru diloloskan tahun lalu.
Pembinaan akan dilakukan dengan mobilisasi massa dari berbagai etnis untuk berpartisipasi dalam perjuangan melawan terorisme.
Aktivitas ini akan diisi oleh diskusi publik bersama penegak hukum dan pengacara. Selain itu, juga akan diadakan pagelaran budaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gelar aktivitas propaganda budaya sebanyaknya yang menghibur publik, dan biarkan mereka terbina melalui hiburan," tulis media setempat.
Tidak dirinci pagelaran kebudayaan apa yang dimaksud, namun tradisi yang lekat dengan masyarakat Xinjiang adalah dansa, nyanyian dan pertunjukan lawan tradisional.
Pemerintah juga akan menggunakan sosial media untuk membentuk opini publik dan "menciptakan atmosfer" bagi ketahanan sosial Xinjiang.
Beijing berharap cara ini mampu meredam kekerasan antar etnis yang menewaskan ratusan orang dalam beberapa tahun terakhir di wilayah itu.
Dua etnis di Xinjiang yaitu suku Muslim Uighur dan China Han kerap bentrok. Pemerintah China menuduh kelompok militan Islam berada di balik kerusuhan tersebut.
Namun berbagai organisasi HAM menyebutkan bahwa gesekan sosial di Xinjiang terjadi karena China memberangus kebebasan beribadah umat Islam Uighur.
(stu)