Ratusan Anak di AS Jadi Korban Pelecehan Seksual Pendeta

Denny Armandhanu/Reuters | CNN Indonesia
Rabu, 02 Mar 2016 10:34 WIB
Laporan penyidik menyebutkan ratusan anak di Pennsylvania barat telah menjadi korban pelecehan seksual pendeta Katolik Roma selama empat dekade.
Ilustrasi
Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan anak-anak di Pennsylvania barat, Amerika Serikat, telah menjadi korban pelecehan seksual 50 pendeta Katolik Roma selama empat dekade terakhir. Tindakan ini bahkan ditutupi oleh para petinggi di Keuskupan Altoona-Johnstown itu selama bertahun-tahun.

Hal ini terungkap dalam laporan penyelidikan pengadilan Pennsylvania yang dikutip Reuters, Selasa (1/3). Laporan yang dirilis Jaksa Agung Pennsylvania Kathleen Kane itu menyebutkan, mantan Uskup James Hogan dan penerusnya Joseph Adamec telah menutupi jejak pendeta pedofil sejak lama dan aparat keamanan juga enggan menyelidiki kasus ini.

Hogan yang meninggal dunia tahun 2005 memimpin Keuskupan itu dari tahun 1966 hingga 1986. Sementara Adamec yang menggantikannya telah pensiun pada 2011.
Laporan setebal 147 halaman itu menunjukkan pelecehan terjadi di beberapa tempat, di antaranya tempat berkemah, bilik pengakuan dosa, panti asuhan dan katedral. Kane mengatakan, Hogan menutupi kasus itu dan memindahkan para pendeta pelaku pelecehan ke tempat lain, termasuk ke sekolah asrama khusus anak-anak lelaki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kejahatan keji yang dialami anak-anak ini sangat tidak bermoral. Para predator ini menodai kepercayaan suci dan memangsa korban mereka di tempat-tempat yang seharusnya membuat [anak-anak] merasa aman," ujar Kane saat mengomentari hasil penyelidikan selama dua tahun tersebut.

Adamec menolak memberikan pengakuan pada tim penyidik. Dalam laporan pengadilan sebelumnya, melalui pengacaranya, uskup berusia 80 tahun itu mengatakan bahwa tuduhan itu tidak berdasar. Dia juga mengatakan bahwa 14 pendeta yang dituduh sebagai pelaku telah menjalani pemeriksaan psikiater. Sembilan di antara mereka dipecat, sementara lima pendeta lainnya kembali ditugaskan.

Tidak ada gugatan kriminal yang dilayangkan atas hasil penyelidikan ini karena kebanyakan pelaku telah meninggal dunia. Kejahatan ini juga dianggap kedaluwarsa dan korban terlalu trauma untuk memberi pengakuan.
"Jiwa-jiwa mereka dibunuh saat masih anak-anak. Mereka tidak keluar untuk bermain baseball, mereka berusaha menghindari para pendeta," ujar Kane.

Laporan tersebut memuat rincian jenis pelecehan seksual, menyebutkan identitas pelaku yang kebanyakan telah meninggal dunia. Pelaku yang masih hidup saat penyelidikan dimulai, kata Kane, telah dipindahkan ke tempat lain.

"Ini adalah saat-saat yang sulit dan menyedihkan. Saya sangat menyesalkan penderitaan yang dialami anak-anak itu," kata Uskup Altoona-Johnstown saat ini, Mark Bartchak, dalam pernyataannya.

"Kami sedih tapi tidak terlalu terkejut. Laporan ini membuktikan sikap kami selama ini. Bahkan sekarang, di bawah kedok 'reformasi', para uskup masih mengelabui umat dan masyarakat soal upaya mereka dalam menutupi pelecehan," ujar David Clohessy, direktur Survivors Network of those Abused by Priests, sebuah lembaga advokasi bagi para korban pelecehan oleh uskup Katolik Roma.
Kasus pelecehan oleh para pendeta terhadap anak-anak binaannya yang sudah terjadi puluhan tahun terungkap berkat laporan Boston Globe tahun 2002. Saat itu, Keuskupan Boston dilaporkan telah memindahkan para pendeta pelaku pelecehan ke berbagai tempat untuk melindungi mereka dan menutupi kasus itu. Sejak saat itu ratusan korban dan skandal terungkap di AS dan berbagai negara, penyelidikan global juga dimulai.

Konferensi Uskup Katolik AS memperkirakan Keuskupan Amerika telah merogoh kocek hampir US$4 miliar sejak tahun 1950 untuk menyelesaikan kasus pelecehan dengan para korban.

Laporan Boston Globe yang memenangkan Penghargaan Pulitzer itu menginspirasi film peraih Academy Award "Spotlight". (den)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER