Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa OKI di Jakarta, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar Indonesia tak terpengaruh ajakan sejumlah negara OKI yang bergabung dalam aliansi militer negara Muslim.
"Kami tak ingin mengulangi kesalahan yang dibuat negara lalu karena menangani ISIS dengan kekerasan, pendekatan Indonesia tetap dengan pendekatan halus," kata Luhut saat ditemui di Pekanbaru, Rabu (2/3).
Luhut menjelaskan pendekatan yang dia maksud adalah melalui agama dan budaya. Dengan itu, diharapkan ISIS bisa ditumpas tanpa harus ada pertumpahan darah.
Menurut Luhut, negara-negara yang tergabung dalam OKI harus sadar bahwa Indonesia merupakan peserta OKI dengan penduduk Muslim terbesar. Kondisi ekonomi Indonesia juga sedang baik-baiknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi seperti itu, Luhut pun menegaskan tak ada alasan bagi Indonesia untuk mengikuti langkah sejumlah negara anggota OKI yang bergabung dengan aliansi militer.
Luhut menilai, justru negara-negara OKI harus mengikuti Indonesia.
"Orang itu yang harus ikut kita karena kita negara dengan penduduk Muslim paling besar di dunia," kata Luhut.
Aliansi militer negara-negara Muslim untuk memerangi terorisme diumumkan Arab Saudi pada pertengahan Desember lalu. Aliansi militer yang diikuti 20 negara Islam ini dipimpin oleh Saudi, berbasis di Riyadh, dan akan meluncurkan sejumlah latihan militer gabungan.
Latihan gabungan pertama digelar pada pertengahan Februari lalu, di tengah peningkatan agresi Saudi terhadap terorisme, terutama ISIS di Suriah, dan ancaman pemerintah Riyadh untuk rezim Suriah Bashar al-Assad yang didukung Iran.
Tidak dirinci jenis latihan militer apa yang dilakukan kala itu, namun kantor berita Saudi mengatakan bahwa latihan itu adalah "yang terbesar dalam sejarah kawasan". Media Saudi menyebut latihan melibatkan tentara di laut, darat dan udara.
Beberapa negara yang diketahui terlibat dalam latihan militer gabungan ini adalah Yordania, Bahrain, Senegal, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, Sudan, Kuwait, Maladewa, Maroko, Pakistan, Chad, Tunisia, Kepulauan Komoro, Djibouti, Malaysia, Mesir, Mauritania dan Mauritius.
Sebelumnya,
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan terdapat 49 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang sudah mengonfirmasi kehadirannya dalam pertemuan luar biasa di Jakarta pada 6 dan 7 Maret mendatang.
Retno menjelaskan KTT Luar Biasa OKI di Jakarta dilatarbelakangi dengan adanya keinginan Palestina agar persoalan negara tersebut dibahas khusus dalam sebuah Pertemuan Luar Biasa OKI. Usulan tersebut mendapatkan respon oleh negara-negara anggota OKI, dan Palestina secara khusus meminta Indonesia agar menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.
KTT Luar Biasa OKI di Jakarta akan menghasilkan dua dokumen, yakni dokumen deklarasi dan resolusi. Dokumen resolusi akan berisi konfirmasi kembali negara-negara OKI dengan fokus Palestina dan Yerusalem, yang menjadi lokasi Masjid al-Aqsa.
Sementara, dokumen deklarasi akan lebih padat dan singkat, berisi langkah konkret ke depan untuk menindaklanjuti hal-hal yang disepakati negara-negara OKI terkait Palestina dan Yerusalem.
(ama)