Menlu RI Beberkan Enam Persoalan Utama Konflik Palestina

Utami Diah Kusumawati | CNN Indonesia
Rabu, 02 Mar 2016 17:31 WIB
Menlu Retno memaparkan terdapat enam persoalan utama konflik Palestina dan Israel yang akan dibahas pada KTT Luar Biasa OKI di Jakarta.
Menlu Retno memaparkan terdapat enam persoalan utama konflik Palestina dan Israel yang akan dibahas pada KTT Luar Biasa OKI di Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memaparkan terdapat enam persoalan utama konflik Palestina dan Israel yang belum terselesaikan hingga kini. Berbagai persoalan itu akan dibahas dan disoroti dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta.

"Ada enam isu utama yang sejauh ini belum diselesaikan antara Palestina-Israel dan menjadi sorotan di KTT OKI di Jakarta nanti," ujar Retno di Kantor Staf Presiden, Rabu (2/3).

Retno menyebutkan salah satu persoalan yang akan dibahas adalah perbatasan di wilayah Tepi Barat yang semakin tergerogoti oleh Israel sejak 1967.
"Kalau dilihat dari peta, wilayah Tepi Barat semakin lama semakin tergerogoti (oleh Israel) seperti keju Swiss bolong-bolong," ujar Retno.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah Palestina yang semakin kecil dan adanya pembatasan akses pemukiman ilegal, lanjut Retno, akan mengubah demografi yang ada di Tepi Barat, terutama Yerusalem.

Selain masalah perbatasan, Retno juga menyinggung soal pengungsi Palestina. Menurut Retno, terdapat lebih dari empat juta pengungsi Palestina berada di luar wilayahnya. “Jadi, ini juga merupakan satu isu yang harus diselesaikan,” katanya.
Persoalan lain terkait dengan status kota Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina. Padahal, pihak Israel hingga kini mengklaim keseluruhan kota Yerusalem sebagai Ibu Kota.

"Akibatnya, situasi di lapangan semakin memburuk," kata Retno.

Retno menjelaskan penduduk Palestina yang tinggal di Yerusalem Timur tinggal 36,8 persen. Dari jumlah itu, sebanyak 75 persen di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan.

Retno juga mengemukakan rendahnya akses atas pendidikan dan air. Hanya 41 persen penduduk Palestina yang dapat bersekolah dan 64 persen warga Palestina yang memiliki akses atas air bersih.

Tak hanya itu, Retno menyebut hanya 39 persen warga Palestina yang memiliki izin tempat tinggal.

"Masalah Palestina pelik sehingga akan khusus dibahas di dalam KTT Luar Biasa OKI ini," ujarnya.
Persolan Palestina lainnya, seperti pemukiman ilegal, keamanan dan akses atas air, juga akan dibahas dalam KTT Luar Biasa OKI di Jakarta.

Sementara itu, wartawan senior sekaligus pengamat isu Timur Tengah Trias Kuncahyono mengatakan persoalan di Palestina juga menyangkut masalah regenerasi kepemimpinan. Presiden Palestina Mahmoud Abbas, ujarnya, kini sudah berusia 80 tahun dan belum ada tokoh kuat yang menonjol di sana.

"Mahmoud Abbas berjasa dalam perundingan Oslo sehingga dia layak jadi pengganti Yasser Arafat. Namun, siapa gantikan dia? Ketika warga lihat pemerintah kurang berhasil di Tepi Barat mereka akan turun (ke jalan)," ujarnya.

Selain itu, Trias juga menilai kurang adanya kekompakan antara kubu Hamas dan Fatah di Palestina. Sehingga, perjuangan Palestina kini lebih ke perjuangan merebut kekuasaan alih-alih bersatu menghadapi konflik antar negara.

"KTT Luar Biasa OKI ini menjadi modal Indonesia untuk masuk (dalam perundingan). Sebabnya, kedua kubu, Hamas dan Fatah, sudah sepakat KTT OKI diadakan di Jakarta," ujarnya.

(ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER