Jakarta, CNN Indonesia -- Militan berbendera ISIS meningkatkan serangan mereka di Filipina selatan dan memperparah ketakutan di tengah daerah tersebut setelah perundingan damai antara kelompok pemberontak MILF dan pemerintah gagal tercapai.
Tewasnya seorang ulama Arab Saudi di tangan kelompok ini pada Selasa (1/3) lalu dianggap merupakan salah satu indikasi meningkatnya pengaruh ISIS di Filipina selatan.
"Pengaruh mereka tumbuh kuat dan terus meluas," ujar seorang analis dari Intitut Perdamaian Filipina, Rodolfo Mendoza, seperti dikutip
AFP pada Kamis (3/3).
Mendoza menjabarkan bahwa beberapa kelompok yang sudah berbaiat kepada ISIS kini sedang merencanakan operasi besar, seperti pengeboman, serangan, atau pembunuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Selasa lalu, militer Filipina juga melakukan operasi kelompok yang berbaiat kepada ISIS di Butig. Setidaknya 12 militan dan lima tentara tewas, sementara 30 ribu warga terpaksa mengungsi.
Sementara itu, sekitar 100 kilometer dari Butig, tentara juga menggempur Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF), kelompok pemberontak yang berbaiat kepada ISIS.
Namun menurut profesor dari National War College di Washington, Zachary Abuza, mengatakan bahwa masih ada beberapa kelompok lain yang sudah berbaiat kepada ISIS dan harus diwaspadai oleh pemerintah Filipina.
Salah satu kelompok tersebut adalah Abu Sayyaf yang mengebom satu kapal di Manila Bay pada 2004 lalu dan meneaskan lebih dari 100 orang. Kelompok ini kerap menculik warga asing untuk meminta tebusan.
Menurut Abuza, iming-iming uang yang ditawarkan oleh ISIS memang merupakan salah satu daya tarik bagi warga Filipina.
"Ini tidak ada hubungannya dengan ideologi. Ini semua masalah sumber daya," katanya.
(stu)