Zuhairi Misrawi
Zuhairi Misrawi
Intelektual Muda NU dan Peneliti The Middle East Institute. Lulusan dari Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

KTT OKI dan Kemerdekaan Palestina

Zuhairi Misrawi | CNN Indonesia
Senin, 07 Mar 2016 10:00 WIB
Rezim negara Muslim selama ini lebih banyak mengikuti genderang negara-negara adidaya daripada membuat peta jalan kemerdekaan Palestina yang bersifat independen
(Reuters/Ammar Awad)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Setidaknya 59 negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa di Jakarta yang secara khusus membahas isu Palestina. Satu isu yang paling hangat dalam sembilan dekade. Kenapa isu Palestina ini perlu mendapat perhatian khusus dari dunia Islam?

Pertama, Palestina merupakan satu-satunya negara yang dalam 68 tahun terakhir belum mendapatkan haknya untuk merdeka dan berdaulat. Masalah Palestina sering diperbincangkan, tapi selalu gagal ketika masuk klausul kemerdekaan Palestina selalu gagal karena Israel tidak menghendaki kehadiran negara Palestina.

Kedua, Palestina secara de facto tercerai berai antara Tepi Barat dan Gaza, antara Hamas dan Fatah. Dua kekuatan besar politik dalam negeri Palestina ini hingga sekarang belum mencapai titik-temu untuk menyusun konstitusi yang mampu memayungi kepentingan seluruh warga Palestina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah upaya yang dilakukan untuk menggalang rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah selalu berujung pada kegagalan.

Ketiga, sementara proses rekonsiliasi mentok, Israel terus memperluas pendudukannya di kawasan Tepi Barat. Israel juga terus menggempur kawasan Gaza dan menutup akses masuk ke Gaza. Bahkan misi kemanusiaan pun tidak diperkenankan untuk membantu Gaza.

Di Timur-Tengah sendiri isu Palestina mulai lenyap dalam perbincangan publik akibat masalah internal negara-negara Timur-Tengah yang makin karut-marut.

Isu Suriah jauh mendapat perhatian, di mana-mana negara adidaya terlibat langsung dalam pertarungan geopolitik, ditambah kehadiran ISIS (Islamic State of Iraq and Syria). Di samping itu, konflik politik di Yaman dan Libya juga menjadi perbincangan yang terus mengemuka.

Praktis isu Palestina tidak mendapatkan tempat yang semestinya sehingga Palestina akan semakin terpinggirkan karena kurangnya perhatian dari negara-negara Muslim.

Di sini letak arti penting KTT Luar Biasa OKI mengangkat kembali isu Palestina. Dunia Islam bertanggungjawab penuh atas kemerdekaan Palestina.

Harus diakui, bahwa kegagalan kemerdekaan Palestina disebabkan kurangnya dukungan dari negara-negara Muslim.

Rezim-rezim negara Muslim selama ini lebih banyak mengikuti genderang negara-negara adidaya daripada membuat peta jalan kemerdekaan Palestina yang bersifat independen dan mengikat penuh.

KTT Luar Biasa OKI di Jakarta ini harus menyelesaikan tiga agenda besar.

Pertama, rekonsiliasi Fatah dan Hamas. OKI harus mendesak agar faksi-faksi yang berkonflik di dalam internal Palestina mencapai kemufakatan untuk mengedepankan kepentingan seluruh warga Palestina daripada kepentingan kelompoknya. Perlu ada diplomasi yang serius untuk melakukan persuasi terhadap kedua faksi tersebut, sehingga dicapai sebuah kesepahaman untuk menyongsong kemerdekaan Palestina.

Kedua, lobi terhadap Amerika Serikat dan negara-negara Eropa untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina.

Bola ada di tangan Amerika Serikat. Di sini diperlukan lobi serius ke Kongres dan Senat Amerika Serikat tentang pentingnya kemerdekaan Palestina. Salah satunya adalah isu Palestina ini menjadi beban sejarah dan politik yang sangat serius, karena isu Palestina kerap dijadikan isu utama oleh kaum ekstremis untuk membenarkan gerakan terorisme atas nama Islam. Karena itu, jika kemerdekaan Palestina bisa terwujud, maka dunia akan jauh lebih damai dan para teroris tidak mempunyai alasan lagi untuk melakukan aksinya.

Ketiga, lobi terhadap Israel untuk menyetujui kemerdekaan Palestina. Israel mesti diyakinkan bahwa kemerdekaan Palestina akan menjadikan Israel jauh lebih aman daripada terus melakukan pendudukan di Tepi Barat dan penggempuran ke Gaza. Tindakan-tindakan Israel selama ini hanya membangkitkan sel-sel perlawanan dan aksi bom bunuh diri yang dapat mengancam keamanan Israel secara sporadis.

Ketiga isu ini mesti mendapatkan perhatian dalam KTT Luar Biasa OKI yang akan datang, karena hanya dengan cara tersebut peta jalan menuju kemerdekaan Palestina akan menjadi kenyataan.

Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia harus mendorong agar ketiga agenda tersebut mendapat perhatian serius dalam KTT yang akan datang. Apalagi salah satu janji pemilu Presiden Jokowi adalah akan menjadikan kemerdekaan Palestina sebagai salah satu agenda besar politik luar negeri.

Saya yakin, seluruh rakyat Indonesia akan mendukung misi kemerdekaan Palestina, karena di masa lalu Palestina merupakan salah satu negara yang pertama kali mendukung kemerdekaan Republik Indonesia. Saatnya Indonesia berada di barisan terdepan untuk memimpin misi kemerdekaan Palestina.

Maka dari itu, KTT Luar Biasa ini diharapkan dapat membahas ketiga agenda penting tersebut, yang hasilnya dapat ditindaklanjuti secara nyata.

Kita semua sudah lelah dengan apa yang sudah dilakukan selama ini terkait dengan Palestina, terutama oleh OKI. Yang diperlukan adalah langkah nyata untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina. Indonesia bisa menjadi leader bagi misi mulia tersebut.

Sudah saatnya pemerintah Indonesia berperan aktif untuk menjalankan misi tersebut. Semoga berhasil. (yns)
LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER