Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Israel, Reuven Rivlin, akan meminta Rusia memastikan bahwa penarikan pasukan mereka di Suriah tidak justru memberi angin pasukan Iran dan Hizbullah.
Rivlin pada Rabu (16/3), sedang berada di Moskow untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Putin pada Senin lalu mengumumkan penarikan pasukannya di Suriah secara tiba-tiba. Israel percaya intervensi Rusia dalam perang sipil Suriah berdampak menahan Iran dan milisi Hizbullah—keduanya anti-Israel—yang juga mendukung Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Menurut ajudannya, dalam pembicaraan dengan Putin yang berlangsung Rabu sore waktu Moskow, Rivlin akan “meminta jaminan bahwa Rusia tidak akan membiarkan penarikan pasukannya memberanikan Iran dan Hizbullah.”
Israel menganggap Hizbullah sebagai musuh bebuyutan, dan khawatir kelompok yang didukung Iran yang berkuasa di Libanon selatan itu, makin kuat di front Suriah dan mendapat peralatan militer canggih dari Damaskus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun secara resmi merupakan pihak netral dalam perang sipil Suriah, Israel sempat beberapa kali melancarkan serangan udara di Suriah untuk mengagalkan dugaan transfer senjata Hizbullah. Seorang Jenderal Iran dan dua tentara senior Hizbullah tewas dalam serangan udara Israel di Suriah.
Israel juga telah melakukan serangan ke Suriah lewat Dataran Tinggi Golan, yang mereka sebut sebagai respons atas serangan nyasar atau serangan sengaja oleh milisi yang terkait Iran.
Sejak Rusia melancarkan serangan udara di Suriah September tahun lalu, Netanyahu dengan cepat dengan Putin untuk mencegah konfrontasi dengan Moskow.
Pada Selasa, wakil duta besar Rusia untuk Israel, Alexey Dobrynin, mengatakan bahwa Rusia dan Israel akan terus berkoordinasi soal Suriah.
"Kami juga akan melakukan segalanya sehingga kepentingan keamanan nasional Israel tidak dirugikan dalam proses ini,” kata Dobrynin.
(stu)