Jakarta, CNN Indonesia -- Mimpi ISIS menggunakan mata uang koin emas atau dinar runtuh akibat gempuran koalisi AS yang menghancurkan sumber pemasukan kelompok militan ini. Kini, dolar Amerika justru kembali digunakan oleh ISIS di wilayah kekuasaannya.
Seorang aktivis di Raqqa, diberitakan
Independent akhir pekan ini mengatakan, walau ISIS sempat membuat koin emas sebagai mata uang mereka, namun kenyataannya dolar Amerika masih tetap mendominasi.
ISIS masih menggaji tentaranya, menjual minyak dan barang antik, dan menerima pajak serta uang denda dari masyarakat dalam bentuk dolar.
Selain itu, menurut sumber di Raqqa, ISIS kian gencar menerapkan denda untuk para pelanggar peraturan mereka. Bahkan untuk hal-hal kecil, seperti membetulkan televisi bisa didenda hingga US$50 atau Rp664 ribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merokok dikenakan denda US$25 (Rp332 ribu) per batangnya. Pelanggaran lalu lintas US$25, melanggar aturan berpakaian bagi wanita US$20 (Rp265 ribu) hingga denda untuk yang tidak shalat berjamaah US$20.
Aktivis bernama Abu Mohammed itu mengatakan cara ini digunakan untuk meningkatkan pendapatan ISIS. Menurut dia, mimpi menggunakan dinar adalah "kebohongan dan propaganda."
"Daesh (ISIS) mempromosikan gagasan menghancurkan ekonomi AS dengan menerbitkan mata uang sendiri, tapi mereka malah melakukan sebaliknya, dengan sistem keuangan yang sepenuhnya bergantung pada dolar Amerika," kata Mohammed.
ISIS sempat menjadi organisasi teroris terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai Rp50 triliun setelah menguasai kota Mosul di Irak.
Namun belakangan keuangan mereka terpuruk akibat serangan koalisi AS yang mengincar pundi uang ISIS. Awal tahun ini, ISIS dilaporkan memotong gaji, bonus, dan jatah makan para tentaranya.
(den)