Jakarta, CNN Indonesia -- Sementara warga Kuba mendebat dampak kunjungan bersejarah Presiden Amerika Serikat Barack Obama pekan lalu, Fidel Castro, mantan presiden yang dianggap pemimpin revolusi Kuba, mencerca kunjungan tersebut.
Dalam kolum berjudul "Saudara Obama" yang terbit di harian partai komunis Kuba, Granma, Castro menolak kunjungan dan upaya rekonsiliasi Obama.
"Kami tidak butuh kerajaan itu memberi kami apa pun," tulis Castro, merujuk pada AS, dikutip dari
CNN, Senin (28/3).
Meski secara resmi telah pensiun, Castro, 89, masih memiliki pengaruh yang kuat di Kuba. Pada 2008, Fidel menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, Raul, ketika didera penyakit misterius yang hampir merenggut nyawanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pekan lalu, selama dua hari Obama menjadi presiden AS pertama dalam 88 tahun yang mengunjungi Kuba. Ia bertemu dengan Presiden Kuba, Raul Castro. Keduanya mengadakan pertemuan bilateral, melangsungkan pers konferensi, dan menyaksikan pertandingan bisbol persahabatan dua negara.
Obama tidak bertemu dengan Fidel Castro dalam kunjungan itu.
"Sudah waktunya kita melihat ke depan untuk masa depan bersama, masa depan dengan pengharapan,” kata Obama dalam kunjungannya, seperti disiarkan juga oleh televisi milik pemerintah Kuba. “Dan ini tak akan mudah, dan akan ada rintangan. Akan butuh waktu. Namun kedatangan saya ke Kuba memperbarui harapan dan kepercayaan diri saya soal apa yang akan dilakukan oleh warga Kuba. Kita bisa membuat perjalanan ini sebagai teman, dan sebagai tetangga, dan sebagai keluarga, bersama."
Namun Fidel Castro tampaknya tak begitu saja mau mengubur masa lalu. Dalam kolom terbarunya, Fidel mengkritik pidato Obama, lalu kembali menyebutkan beberapa hal yang menurutnya merupakan kesewenangan oleh AS terhadap Kuba.
(stu)