Jakarta, CNN Indonesia -- Drama pembajakan pesawat maskapai Mesir EgyptAir ditetapkan bukan insiden terorisme. Pelakunya, Seif Eldin Mustafa, mengaku melakukannya lantaran rindu kepada mantan istrinya yang ada di Cyprus.
Mustafa yang mengenakan sabuk peledak palsu mengancam meledakkan pesawat, memaksa pesawat Airbus A-320 itu untuk mengalihkan penerbangan ke Cyprus. Pesawat itu seharusnya berangkat dari Alexandria untuk tujuan ke Kairo.
Setelah enam jam, Mustafa akhirnya menyerahkan diri. Tidak ada penumpang yang terluka dalam insiden itu.
Dikutip dari
The Telegraph, pria 59 tahun ini muncul dalam pengadilan untuk pertama kalinya pada Rabu pagi (30/3) waktu setempat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Mesir ini belum didakwa secara resmi oleh jaksa penuntut Cyprus, namun dia akan menghadapi dakwaan pembajakan, kepemilikan ilegal bahan peledak, penculikan dan ancaman melakukan kekerasan.
Rindu beratMenurut penyidik, Andreas Lambrianou, Mustafa melakukan tindakan itu karena rindu mantan istrinya yang ada di Cyprus.
"Apa yang harus dilakukan seseorang saat dia tidak bertemu istri dan anak-anaknya selama 24 tahun dan pemerintah Mesir tidak mengizinkannya?" kata Lambrianou, mengutip perkataan Mustafa.
Sebelumnya dalam pembajakan di bandara Larnaca, Mustafa sempat menitipkan sebuah surat untuk mantan istrinya, yang disebut media Cyprus bernama Marina Paraschou, 51, ibu dari empat orang anak. Tidak diketahui mengapa mereka berpisah.
Mustafa akan ditahan selama delapan hari sampai dakwaan resmi dibacakan. Tidak diketahui apakah Mesir akan mencoba mengekstradisi Mustafa kembali ke tanah airnya.
Sebelumnya pemerintah Cyprus mengatakan pembajakan ini bukanlah kasus terorisme. Disebut juga, Mustafa mengalami ketidakstabilan mental.
Jika terbukti secara psikologis sehat, maka dia akan diadili dan diperkirakan akan mendekam di penjara untuk waktu yang lama, entah di Mesir atau Cyprus.
(den)