Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang perwira Angkatan Laut Amerika Serikat menghadapi tuduhan spionase membocorkan rahasia negara, kemungkinan kepada China dan Taiwan.
Seorang pejabat anonim AS pada Minggu (10/4), mengidentifikasi tersangaka adalah Letnan Komandan Edward Lin, yang lahir di Taiwan dan kemudian menjadi warga AS, menurut sebuah artikel profil Angkatan Laut pada 2008.
Dokumen dakwaan AL mengungkap tersangka ditugaskan ke markas besar patroli AL dan Kelompok Pengintai, yang mengawasi kegiatan pengumpulan intelijen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lembar dakwaan mengedit nama tersangka dan AL menolak memberikan rincian tentang identitasnya.
Ini merupakan kedua kalinya dia dituduh mengkomunasikan informasi rahasia dan tiga kalinya mencoba melakukannya dengan perwakilan pemerintah asing "dengan maksud atau alasan diyakini akan digunakan untuk keuntungan negara asing.”
Dokumen tidak mengidentifikasikan negara-negara yang terlibat.
Pejabat AS mengatakan negara yang terlibat kemungkinan adalah China dan Taiwan, mpenyelidikan masih berlangsung.
Tersangka juga dituduh terlibat dalam prostitusi dan perselingkuhan. Dia ditahan di penjara pra-sidang selama delapan bulan terakhir, tambah pejabat itu.
Seperti yang dilansir USNI News, yang pertama kali melaporkan identitas Lim, dia disebut fasih berbicara bahasa Mandarin dan mengendalikan sinyal pesawat intelijen EP3-E Aries II.
Angkatan Laut AS menuliskan profil Lin pada artikel di tahun 2008 yang fokus pada naturalisasi kewarganegaraanya ke AS. Dalam artikel, keluarganya disebut pergi dari Taiwan saat ia berusia 14 tahun dan singgah di beberapa negara sebelum menetap di Amerika.
"Saya selalu bermimpi untuk datang ke Amerika,'tanah yang dijanjikan'," kata dia.”Saya dibesarkan untuk percaya bahwa semua jalan di Amerika mengarah ke Disneyland."
Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri AS tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari persoalan ini.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan tidak memiliki informasi mengenai kasus ini. Kementerian Luar Negeri Taiwan menolak untuk berkomentar.
(stu)