Jakarta, CNN Indonesia -- Regulator atom Jepang mengatakan tidak diperlukan menutup pembangkit nuklir yang berada di barat daya pulau Kyushu akibat serangkaian gempa yang sejauh ini menewaskan 42 orang dan merusak infrastruktur.
Otoritas Regulasi Nuklir (NRA) pada Senin (18/4) mengatakan mereka memantau dengan seksama empat stasiun tenaga nuklir, setelah pertemuan khusus dengan dewan komisaris.
Sensitivitas akan persoalan pembangkit nuklir di Jepang sangat tinggi, terutama setelah bencana di Fukushima pada 2011 yang dipicu gempa bumi dan tsunami.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak ada masalah keamanan di pembangkit nuklir Sendai, yang memiliki dua reaktor dan berada sekitar 120 kilometer di selatan-barat daya Kota Kumamoto—dekat dengan pusat gempa—kata Ketua NRA, Shunichi Tanaka, pada saat konferensi pers.
NRA memantau Genkai, yang berada sekitar 100 kilometer barat laut Kumamoto, dan Ikata, sekitar 160 kilometer timur laut dari zona gempa.
Sendai dan Genkai, yang memiliki empat reaktor, dioperasikan oleh Kyushu Electric Power, sementara Ikata dimiliki oleh Shikoku Electric Power.
Regulator juga memonitor Shimane, pembangkit dengan dua reaktor yang dioperasikan oleh Chugoku Electric Power, berlokasi lebih jauh di pulau utama Honshu.
[Gambas:Video CNN]Jepang sempat menghentikan operasi semua reaktor nuklir sejak bencana Fukushima. Reaktor dimulai pertama kali di pembangkit Sendai pada Agustus tahun lalu setelah dua tahun disetop dan yang kedua pada Oktober masih di pembangkit yang sama.
Pembangkit yang baru mulai beroperasi kemudian, ditutup oleh pengadilan bulan lalu.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, dan sejumlah industri mengatakan tenaga nuklir diperlukan untuk memotong biaya bahan bakar. Namun rencana ini banyak ditentang publik, bahkan setelah tagihan listrik naik.
Gempa mengguncang Jepang pada Kamis malam lalu, berkekuatan 6 SR. Kemudian pada Sabtu, gempa kembali mengguncang, dengan kekuatan 7,3 SR.
(stu)