Utusan Rusia dan NATO Akan Bertemu di Brussels

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Kamis, 21 Apr 2016 03:21 WIB
Utusan Rusia dan NATO diperkirakan akan berupaya mengendurkan ketegangan paling parah sejak berakhirnya Perang Dingin dalam pertemuan di Brussels.
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, akan memimpin jalannya diskusi bersama 28 duta besar aliansinya dan utusan Rusia untuk NATO, Alexander Frushko. (Reuters/Francois Lenoirv)
Jakarta, CNN Indonesia -- Utusan Rusia dan NATO akan berupaya mengendurkan ketegangan paling parah sejak berakhirnya Perang Dingin dalam pertemuan yang akan digelar di Brussels, Belgia, pada Rabu (20/4) waktu setempat.

Seperti dilansir Reuters, ketegangan antara kedua pihak dimulai ketika Rusia mencaplok Crimea. NATO menganggap sikap Rusia itu mengancam stabilitas dan mereka mulai melakukan modernisasi pertahanan.

Sepanjang tahun ini, NATO sibuk menerjunkan pasukan pertahanan di sekitar perbatasan dekat daerah bekas kekuasaan Soviet. Rusia menganggap upaya pertahanan NATO ini sebagai ancaman baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pembicaraan di Brussels ini, utusan dari kedua belah pihak akan membicarakan masalah Ukraina dan Afghanistan serta bagaimana cara menghindari kecelakaan militer yang dapat berpotensi memicu perang.

"Kami tidak takut berdialog," ujar Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, yang akan memimpin jalannya diskusi bersama 28 duta besar aliansinya dan utusan Rusia untuk NATO, Alexander Frushko.

Pertemuan ini disebut-sebut sebagai terobosan setelah beberapa kali agenda telah dicanangkan. Namun belakangan ini, kembali terjadi beberapa insiden yang mengubah suasana sebelum diskusi.

Pekan lalu, jet tempur Rusia melesat di ketinggian rendah, di atas kapal Amerika Serikat di Laut Baltik. Dua hari kemudian, pesawat Rusia mengintersepsi armada Angkatan Udara AS.

Stoltenberg mengatakan bahwa manuver Rusia itu tidak profesional dan berbahaya. Sekutu NATO khawatir pilot Rusia mengabaikan panduan keselamatan yang disepekati saat Perang Dingin.

Namun sebaliknya, Grushko menganggap aliansi NATO meningkatkan risiko konflik di Eropa. Menurutnya, upaya modernisasi besar-besaran NATO sejak Perang Dingin kemungkinan merupakan rencana untuk meningkatkan pengaruh di timur Eropa.

"Kini, kami menghadapi pembangunan NATO yang tidak tepat. Saya tidak dapat melihat adanya kemungkinan perbaikan kualitatif dari hubungan kami jika NATO terus melakukan rencana pertahanan militer mereka," katanya.

Washington kemudian menyatakan bahwa pertahanan rudal di Eropa itu tidak ditujukan kepada Rusia, melainkan dirancang untuk menangkis rudal balistik yang kemungkinan ditembakkan oleh Iran.

Namun, situs pertahanan itu didirikan di Romania dan Polandia, dua negara mantan sekutu Soviet. Sebelumnya, NATO mengatakan akan mematuhi kesepakatan tahun 1997 dengan Rusia untuk tidak menempatkan pasukan permanen dengan jumlah besar di timur Eropa.

Rusia menyatakan bahwa meskipun AS menekankan kehadiran mereka tidak permanen, kehadiran besar-besaran itu tetap saja membingungkan.

"Kami tak melihat perbedaan antara rotasi kuat, terus-menerus, dan kehadiran permanen. Pengembangan militer di pusat Eropa tidak akan meningkatkan keamanan Eropa," kata Grushko. (ama)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER