Jakarta, CNN Indonesia -- Gencatan senjata yang disepakati sejumlah pemimpin militer di Irak sejak akhir pekan lalu terancam gagal karena bentrokan tak terhindarkan meletus antara pejuang Kurdi dan kelompok Turkmen Syiah di sebuah kota selama dua hari berturut-turut.
Dilaporkan
Reuters, bentrokan terjadi di Tuz Khurmatu, yang berjarak 175 km sebelah utara Baghdad pada Senin (25/4). Bentrokan ini disebut-sebut sebagai yang terparah sejak militan ISIS berhasil diusir dari kota itu.
Padahal, sehari sebelumnya, yakni Minggu (26/4), pemimpin paramiliter Syiah dan komandan Peshmerga Kurdi tengah mengupayakan gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran yang telah menewaskan sedikitnya 12 orang dari kedua belah pihak. Namun, gencatan senjata itu terancam gagal pada Senin, bahkan ketika matahari belum terbenam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber kepolisian di kota itu menyatakan sejumlah toko ditutup dan beberapa ruas jalan terlihat sepi. Hingga kini belum ada laporan soal korban di sejumlah rumah sakit di daerah itu, kemungkinan besar karena warga takut keluar dari rumah dan berada di jalan yang dianggap tidak aman.
Sejumlah tank milik Peshmerga menghujani tembakan di berbagai distrik yang dihuni oleh warga Turkmen Syiah. Sementara, pejuang Syiah meluncurkan serangan mortir ke daerah yang didominasi warga etnis Kurdi, menurut keterangan polisi.
Bentrokan ini juga mengakibatkan lima bangunan di lingkungan Syiah dibakar.
Pejuang Peshmerga Kurdi di Tuz Khurmato menyatakan kepada
Reuters bahwa pasukannya diperintahkan untuk mengamati berlangsungnya gencatan senjata. Namun, warga Kurdi yang bersenjata di kota itu menyerang wilayah Turkmen Syiah.
"Sekarang Anda dapat mendengar suara RPG (granat yang diluncurkan oleh roket) dan roket," katanya.
Bentrokan dimulai pada Sabtu (23/4) malam ketika anggota milisi Syiah melemparkan granat ke rumah seorang komandan Kurdi. Serangan ini dibalas Kurdi dengan menembakkan RPG, menurut keterangan sumber keamanan.
Ketegangan di Tuz Khurmatu diperkiarakan dapat memengaruhi keamanan Irak secara keseluruhan, utamanya di tengah upaya militer Irak untuk memberangus ISIS.
Berbagai serangan dari sejumlah kelompok etnis berhasil mendesak ISIS mundur dari sejumlah wilayah, termasuk wilayah yang dipersengketakan antara Syiah dan Kurdi.
Pemerintah Irak didominasi oleh pejabat etnis Syiah, sementara Kurdi menginginkan Baghadad menjadi salah satu wilayah yang berada di bawah otoritas Kurdi.
(ama/den)