Presiden Filipina Akan Balas 'Bahasa Kekerasan' Abu Sayyaf

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Rabu, 27 Apr 2016 17:53 WIB
Presiden Filipina akhirnya angkat bicara mengenai Abu Sayyaf setelah kelompok militan itu mengeksekusi mati sandera asal Kanada, John Ridsdel.
Presiden Filipina akhirnya angkat bicara mengenai Abu Sayyaf setelah kelompok militan itu mengeksekusi mati sandera asal Kanada, John Ridsdel. (Reuters/Erik De Castro)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Filipina, Benigno Aquino, akhirnya angkat bicara mengenai Abu Sayyaf setelah kelompok militan itu mengeksekusi mati sandera asal Kanada, John Ridsdel, dan bertekad mengerahkan seluruh tenaganya untuk menggempur mereka sebelum ia turun jabatan.

"Jadi, ASG [Kelompok Abu Sayyaf], dan siapapun yang membantu mereka, kalian memilih hanya bahasa kekerasan, dan kami akan berbicara kepada kalian juga hanya dengan bahasa itu," ujar Aquino seperti dikutip Reuters, Rabu (27/4).

Aquino memperingatkan bahwa dalam upaya pembalasan "bahasa kekerasan" ini kemungkinan akan jatuh banyak korban.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mungkin akan ada korban. Namun, hal yang paling penting adalah menetralisir aktivitas kriminal ASG," ucap Aquino.

Kriminalitas memang masih menjadi masalah besar di selatan Filipina sejak gerakan separatis merebak 45 tahun silam. Meskipun perundingan damai pemerintah dengan salah satu separatis sudah disepakati sejak 2014, berbagai kelompok lain masih bercokol di selatan Filipina, termasuk Abu Sayyaf.

Kelompok ini kembali menarik perhatian setelah memenggal Ridsdel, sandera asal Kanada yang diculik bersama tiga orang lainnya pada 2015 lalu ketika sedang berlibur di Filipina.

Kepala pria berusia 68 tahun itu ditemukan dalam sebuah kantong plastik di Jolo, Sulu, pada Senin (25/4) malam, berselang lima jam setelah tenggat waktu pemberian tebusan habis.

Laporan polisi menyebutkan, ada dua pria tidak dikenal yang mengendarai motor tanpa pelat nomor yang melemparkan kepala itu di Jalan Marina, Jolo.

Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengecam dan menyebut eksekusi itu sebagai aksi "pembunuhan berdarah dingin."

Pada Rabu, juru bicara tentara Filipina, Filemon Tan, mengatakan bahwa pihaknya menemukan jasad tak berkepala di sungai kering dekat hutan yang diyakini merupakan tempat di mana Ridsdel dipenggal.

"Kami masih melakukan verifikasi untuk mengetahui apakah itu merupakan tubuh John Ridsdel," kata Tan.

Abu Sayyaf saat ini juga menahan beberapa sandera asing lainnya, termasuk seorang warga negara Belanda, satu orang Jepang, empat warga Malaysia, dan 14 tawanan dari Indonesia.

Sepuluh orang WNI yang disandera merupakan awak kapal tongkang Anand 12 dan Brahma 12 yang membawa 7 ribu ton batu bara dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menuju Filipina. Kapal itu bertolak pada 15 Maret dan kemudian dibajak Abu Sayyaf di perairan Sulu pada 27 Maret lalu.

Selain itu, empat orang lainnya juga disandera pada 15 April lalu. Mereka adalah awak kapal tunda TB Henry dan kapal tongkang Crista yang dibajak dalam perjalanan dari Cebu, Filipina, menuju Tarakan, Kalimantan Utara.

Untuk sandera asal Indonesia, pemerintah telah menegaskan tebusan merupakan urusan perusahaan pemilik kapal tempat mereka bekerja. Disebutkan, tebusan yang diminta adalah senilai 50 juta peso atau setara dengan Rp15 miliar. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER