Jakarta, CNN Indonesia -- Pertempuran yang kian sengit antara pemberontak dan pasukan pemerintah Suriah di Aleppo selama tujuh hari belakangan merenggut 202 nyawa warga sipil.
Serangan udara di daerah kekuasaan pemberontak di Aleppo, Suriah, dilaporkan menewaskan 123 warga sipil, termasuk 18 anak-anak, pada periode 22-28 April.
Sementara itu, 71 warga sipil, termasuk 13 anak-anak, tewas akibat bombardir dari kelompok pemberontak ke daerah pertahanan pasukan pemerintah sekitar Aleppo di periode yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut data Syrian Observatory for Human Rights, delapan warga sipil, tiga di antaranya anak-anak, tewas akibat gempuran pasukan pemerintah ke wilayah yang bukan daerah kekuasaan mereka di sekitar Aleppo.
Seperti diberitakan
Reuters, meningkatnya kekerasan di dan sekitar Aleppo membuat kesepakatan gencatan senjata pada Februari antara pemerintah dan pemberontak anti-militan kian di ujung tanduk.
Pada Kamis (28/4), tembakan rudal dan artileri pemberontak juga menewaskan 22 warga sipil, termasuk 2 anak, di daerah sekitar wilayah kekuasaan pemerintah.
Sementara itu, serangan udara pemerintah di distrik lainnya yang dikuasai pemberontak menghabiskan nyawa 31 warga sipil, tiga di antaranya anak-anak.
Channel NewsAsia menyebut pertempuran ini sebagai bencana kemanusiaan. Pasalnya, warga sipil sudah hidup di tengah gejolak perang sejak 2012 lalu, ketika pemberontak berhasil merebut Aleppo.
Sejak saat itu, Aleppo terbagi menjadi dua bagian. Distrik bagian timur dikuasai pemberontak, sementara sebelah barat dipegang pemerintah.
Di sekitar Aleppo sendiri, wilayah juga terpecah antara daerah kekuasaan Al-Qaidah, ISIS, milisi Kurdi, dan beberapa faksi pemberontak lainnya.
Jauh di belahan utara Aleppo, berbagai kelompok pemberontak, termasuk Ahrar al-Sham dan pasukan Kurdi, bertarung sengit pada Rabu (27/4) hingga keesokan harinya hingga menewaskan 64 orang.
(stu/stu)