Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan udara menghantam sebuah rumah sakit di daerah yang dikuasai pemberontak di Aleppo, Suriah dan menewaskan sedikitnya 27 orang, termasuk tiga anak dan seorang dokter anak terakhir di kota itu.
Serangan udara pada Kamis (28/4) di distrik yang dikuasai pemberontak di kota itu menewaskan setidaknya lebih dari 30 warga, menurut keterangan petugas penyelamat. Kelompok pemerhati perang sipil Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, menyebutkan jumlah korban setidaknya 20 orang.
Dilaporkan
Reuters, tembakan mortir dari pemberontak di daerah yang dikuasai pemerintah menewaskan sedikitnya 14 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bom menghantam rumah sakit Al-Quds, rumah sakit yang didukung oleh lembaga kemanusiaan Dokter Lintas Batas, atau MSF. Setidaknya tiga dokter tewas akibat serangan ini.
Observatory melaporkan bahwa serangan ydara di wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo menyebabkan 91 warga sipil tewas dalam enam hari terakhir. Sementara, serangan dari pemberontak ke wilayah yang dikuasai pemerintah menyebabkan 49 orang tewas.
Terkait pengeboman rumah sakit, Bebars Mishal dari Pertahanan Sipil di Aleppo meny atakan kepada
Reuters bahwa 40 orang tewas dalam bangunan lima lantai di samping rumah sakit.
Sumber dari militer Suriah mengungkapkan bahwa sejumlah pesawat tempur pemerintah belum digunakan di beberapa daerah yang dilaporkan terkena serangan.
Sementara, Kementerian Pertahanan Rusia , yang juga meluncurkan serangan udara di Suriah untuk mendukung Presiden Bashar al-Assad, belum meluncurkan komentar terkait hal ini. Rusia sebelumnya beberapa kali membantah serangan udaranya mengenai infrastruktur publik di Suriah.
Di Jenewa, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyatakan bahwa meningkatnya kekerasan di Aleppo membuat warga tinggal di ambang bencana kemanusiaan.
"Di mana pun Anda berada, Anda mendengar ledakan mortir, peluru dan pesawat terbang di langit," kata Valter Gros, yang mengepalai kantor ICRC.
"Tidak ada lingkungan di kota itu yang belum terkena [serangan]. Warga tinggal di pinggiran kota. Semua orang di sini ketakutan hidup dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," katanya.
Aleppo telah menjadi pusat eskalasi militer. Kekerasan di kota ini yang seakan tanpa henti juga membuat perundingan damai yang ditengahi PBB dalam beberapa pekan terakhir terancam gagal.
(ama)