Pengungsi Somalia Bakar Diri di Penampungan Nauru

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Selasa, 03 Mei 2016 16:02 WIB
Ini adalah peristiwa bakar diri kedua dalam sepekan terakhir di pusat penampungan pengungsi Nauru yang dikelola Australia.
Pencari suaka di penampungan pulau Manus, Papua Nugini. (Reuters/Refugee Action Coalition/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang wanita pengungsi asal Somalia di penampungan imigran Australia di Nauru membakar diri pada Senin (2/5). Ini adalah kali kedua dalam kurang dari sepekan pencari suaka membakar diri di penampungan Nauru.

Diberitakan New York Times, wanita bernama Hodan Yasin itu kini dalam keadaan kritis setelah menyulut dirinya sendiri dengan api, seperti yang disampaikan dalam pernyataan pemerintah Nauru.

Wanita berusia 21 tahun itu terbakar 70 persen anggota tubuhnya dan tengah dirawat oleh empat dokter dari Australia. Jika kondisinya terus memburuk, dia kemungkinan akan dipindahkan ke rumah sakit di Australia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sally Thompson, juru bicara lembaga Refugee Rights Action Network di Australia Barat, mengatakan Yasin sebelumnya dirawat di rumah sakit Brisbane karena luka pada kepala yang diderita di Nauru. Tapi Rabu lalu, dia dikembalikan ke Nauru secara paksa. Hal ini diduga membuat Yasin frustrasi.

Sebelumnya pada Rabu lalu, seorang imigran Iran tewas bakar diri di penampungan pencari suaka Nauru. Omid Maoumali, 23, yang meninggal di rumah sakit Brisbane bakar diri sebagai bentuk protes terhadap kondisi di penampungan Nauru yang buruk.

Menurut istrinya, Nana Maosoumali, suaminya tidak mendapatkan pertolongan medis selama dua jam setelah bakar diri. Pria itu juga tidak dikirim ke rumah sakit di luar Nauru dalam waktu 24 jam.
 
Pemerintah Australia memiliki kebijakan tidak akan menerima imigran asing yang tiba dengan kapal ke negara mereka. Para imigran yang tertangkap menggunakan perahu menuju Australia akan dikirim ke Nauru atau perahu mereka didorong kembali ke tempat bertolak, yaitu Indonesia,
Sekitar 1.100 pencari suaka saat ini ditampung di Nauru. 

Kondisi Nauru dan penampungan di Manus, Papua Nugini, sangat mengkhawatirkan. Elaine Pearson dari lembaga Human Right Watch mengatakan, kondisi yang mengenaskan membuat para pengungsi di Nauru dan Manus putus asa dan melakukan tindakan nekat.

"Menyakiti diri sendiri bukan hal baru di Nauru. Setiap pekan, pencari suaka di Nauru menyakiti diri dengan menyayat tubuh, menelan silet, meminum racun atau mencoba gantung diri dengan seprai," kata Pearson, dikutip Reuters.

Dalam pernyataannya, pemerintah Nauru mengatakan tindakan imigran tersebut adalah upaya "untuk mempengaruhi kebijakan imigrasi Australia."

Pemerintah Australia menyatakan tidak mengubah kebijakan mereka. Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton malah menyalahkan para aktivis pembela imigran yang dianggap memicu para pengungsi untuk memiliki keinginan menyakiti diri sendiri.

"Sikap yang muncul saat ini di Nauru bukan protes terhadap kondisi kerja. Mereka bukan memrotes kondisi kesehatan, bukan memrotes kurangnya dukungan finansial," kata Dutton.

Pekan lalu, pengadilan tinggi Papua Nugini menyatakan pusat detensi di Manus tidak sesuai dengan konstitusi negara dan harus ditutup. Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill mengatakan akan bertemu dengan pejabat Australia untuk menentukan nasib lebih dari 800 pencari suaka di dalamnya.

Dutton menegaskan para pengungsi tidak akan ditampung di Australia. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER