AS Rencanakan Rangkaian Razia Deportasi Imigran

Hanna Azarya Samosir | CNN Indonesia
Jumat, 13 Mei 2016 12:11 WIB
AS merencanakan rangkaian razia selama satu bulan untuk mendeportasi ratusan ibu dan anak Amerika Tengah yang memasuki negara itu secara ilegal.
Salah satu operasi ICE pada awal Mei lalu. (ICE/Handout via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas imigrasi Amerika Serikat merencanakan rangkaian razia selama satu bulan pada Mei hingga Juni mendatang untuk mendeportasi ratusan ibu dan anak Amerika Tengah yang memasuki negara itu secara ilegal.

Operasi ini diprediksi akan menjadi deportasi terbesar dengan target keluarga imigran yang dilakukan oleh pemerintahan Barack Obama pada tahun ini setelah sebelumnya razia serupa hanya berfokus di Georgia, Texas, dan North Carolina.

Razia yang akhirnya menahan 121 orang mayoritas perempuan dan anak-anak itu menuai protes dari advokat imigrasi dan kritik beberapa anggota Partai Demokrat, termasuk bakal calon presiden Hillary Clinton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun kini, Aparat Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) memerintahkan semua kantor cabang di seluruh pelosok negara untuk melancarkan operasi 30 hari untuk menahan perempuan dan anak-anak yang sebelumnya sudah diperintahkan untuk meninggalkan AS.

Menurut dokumen rujukan Reuters, operasi ini juga akan menargetkan anak di bawah umur yang memasuki negara tanpa penjagaan dan kini sudah berusia 18 tahun.

Dua sumber pemerintah sudah mengonfirmasi rincian rencana itu. Namun hingga kini, tanggal operasi belum dipastikan dan detail operasi dapat berubah sewaktu-waktu.

Rangkaian operasi yang sudah ada sejak Januari lalu ini dianggap sebagai langkah ICE untuk mencegah gelombang imigran ke AS. Seorang juru bicara ICE pun mengatakan bahwa lembaga mereka tidak "mengonfirmasi atau menyangkal adanya tindakan penegakan hukum secara spesifik seperti itu."

Juru bicara anonim tersebut kemudian memaparkan bahwa target utama operasi ini adalah imigran yang masuk secara ilegal setelah 1 Januari 2014.

Pada 2014 lalu, Washington kewalahan membendung gelombang imigran ilegal yang melewati perbatasan AS-Meksiko. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak yang lari dari kekerasan di Honduras, El Salvador, dan Guatemala.

Rencana kali ini merupakan respons dari gelombang baru imigran perempuan Amerika Tengah yang membawa serta anaknya.

Sejak Oktober 2015 hingga Maret 2016, Patroli Perbatasan AS menangkap lebih dari 32 ribu "unit" keluarga yang didefinisikan sebagai ibu dan anak, karena menyeberang ke AS tanpa izin. Di periode yang sama pada 2014-2015, ada sekitar 14 ribu penangkapan serupa, sementara di 2013-2014 ada 19.800 kasus.

Kebanyakan dari mereka diminta untuk menghadiri pengadilan, tapi mangkir dan langsung keluar dari AS.

Gelombang imigran ini menjadikan Obama sebagai sorotan di tengah masa kampanye pemilu, di mana ia ingin digantikan oleh capres dari Demokrat. Partai Republik kerap kali mengkritik Obama atas kehadiran lebih dari 11 juta imigran tak berdokumen di AS.

Namun, warga Amerika-Hispanik diprediksi akan lebih memilih demokrat yang lebih bersimpati pada nasib buruk imigran tak berdokumen.

Pada Januari lalu, Clinton mengatakan bahwa ia melihat "ketakutan dan pemisahan dalam komunitas imigran."

Sementara itu, bakal capres dari Partai Republik, Donald Trump, justru mengampanyekan hal sebaliknya, bahkan ingin membangun tembok sepanjang perbatasan Meksiko untuk mencegah imigran ilegal.

Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Jeh Johnson, pun mengakui di hadapan panel Senat pada Maret lalu bahwa operasi Januari itu membantu mencegah warga Amerika Tengah bermigrasi secara ilegal.

Namun dalam dokumen terpisah, Johnson khawatir dengan kembali melonjaknya angka imigran ilegal yang melewati perbatasan Meksiko-AS.

Kendati demikian, advokat imigrasi tetap meminta Johnson untuk melupakan rencana operasi selanjutnya.

"Razia bukan jawaban. Ini merupakan tantangan kemanusiaan," kata Marielena Hincapie, Direktur Eksekutif Pusat Hukum Imigrasi Nasional, kelompok bantuan hukum dan advokasi bagi imigran. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER