Selama Ini Kurang Dana, Polisi Filipina Sambut Presiden Baru

Hanna Azarya Samosir/Reuters | CNN Indonesia
Jumat, 13 Mei 2016 15:44 WIB
Sulit menjadi polisi di Filipina, bahkan harus membeli pelurunya sendiri. Kini, mereka punya harapan baru dengan terpilihnya presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
Meskipun kerap melontarkan komentar kontroversial yang berbau seksual dan kekerasan, Duterte tetap menjadi favorit rakyat Filipina dengan solusi-solusi praktisnya untuk mengatasi kejahatan di Filipina. (Reuters/Keith Bacongco)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sangat sulit menjadi polisi di Filipina. Mereka harus membeli peluru sendiri, bahkan menumpang mobil jenazah ke lokasi pembunuhan karena tak memiliki kendaraan.

Namun kini, mereka memiliki harapan baru dengan terpilihnya presiden Filipina, Rodrigo Duterte. Meskipun belum diumumkan menang secara resmi, ia sudah berencana menaikkan standar kepolisian Filipina hingga setara dengan Davao.

Dipimpin oleh Duterte selama 22 tahun, Davao bertransformasi dari kota kurang produk hukum, hingga menjadi satu-satunya wilayah di Filipina yang memiliki layanan telepon gawat darurat semacam 911.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meskipun kerap melontarkan komentar kontroversial yang berbau seksual dan kekerasan, Duterte tetap menjadi favorit rakyat Filipina dengan solusi-solusi praktisnya untuk mengatasi kejahatan di Filipina. Masalah itu dianggap sebagai penghambat kemajuan Filipina.

Dalam salah satu kampanyenya, Duterte bahkan pernah menyebut bahwa seharusnya ada lima pelaku kriminal yang dibunuh setiap pekannya. Ia bahkan berjanji jika menjadi presiden, ikan-ikan di Manila Bay akan lebih gemuk karena semua penjahat bersenjata dan pengangguran dibuang ke sana.

Namun menurut beberapa kelompok pemerhati hak asasi manusia, regu hukum mati beroperasi dengan kebal hukum di Davao, membunuh 1.500 orang sejak 1998. Duterte sendiri menyanggah adanya pembunuhan di luar hukum, tapi juga tidak mengecam hal tersebut.

Bagaimanapun, Duterte dianggap berhasil memberantas kejahatan di Davao. Namun sebagai presiden, tantangan yang dihadapi Duterte akan lebih besar. Pasalnya, salah satu kantor polisi di pusat ibu kota Filipina, Manila, saja masih serba kekurangan.

Kepala kepolisian Manila, Rommel Anicete, mengatakan bahwa dia dan anak buahnya selalu membeli pelurunya sendiri sejak era 1990-an. Mereka juga patungan untuk membayar jasa servis pendingin ruangan sementara bekerja dengan komputer tua yang mesin cetaknya selalu kekurangan kertas. Mesin foto kopi pun mereka tak punya.

Mobil polisi yang tersedia juga tak cukup untuk berpatroli. Beberapa rekannya bahkan sampai menggunakan motor pribadinya dengan uang bensin dan perawatan dari kantongnya sendiri.

Sementara itu, setiap satu polisi Filipina harus melindungi 651 orang, merujuk pada data tahun 2012. Pasukannya juga harus menjelajah seluruh bagian yang lebih luas dari negara tetangga mereka, seperti Thailand dengan perbandingan 1:302 dan Malaysia 1:267 di periode tersebut.

Meskipun pemerintah sudah menaikkan bujet kepolisian sekitar 13 persen dari 2015 menjadi sekitar 88,1 miliar peso, seorang petugas kepolisian senior masih merasa dana itu terlalu kecil bagi pasukan dengan 160 ribu personel.

"Kami kekurangan mobil patroli dan radio pengaman. Kami ingin meminta satu pistol untuk setiap polisi, tapi mereka yang mendaftar setelah 2012 harus menunggu sejenak," ujar seorang petugas kepolisian yang enggan diungkap identitasnya kepada Reuters, Kamis (12/5). 

Seperti petugas kepolisian lainnya yang ditanya mengenai Duterte, ia juga menolak memberi tahu siapa capres pilihannya. Namun, ia hanya berkata, "Tentu kami menyukai apa yang kami dengar darinya selama ini."

Pelaku kriminal akan takut

Duterte menjanjikan gaji dua kali lipat bagi polisi yang kini beberapa personelnya bahkan hanya mendapatkan bayaran 18 ribu peso atau setara Rp5,1 juta per bulan.

Ketika ditanya bagaimana cara pemerintah mendapatkan dana tambahan, juru bicara Duterte, Peter Lavina, hanya berkata, "Kami akan cari cara."

Lavina kemudian menjelaskan bahwa detasemen baru untuk membasmi kejahatan narkoba juga akan dibentuk. Petugas yang korupsi di badan kepolisian juga akan dipecat.

Duterte juga ingin membangun pusat komando kamera keamanan di kota-kota Filipina dengan kantor pemantau di Davao.

Seorang sersan divisi pencurian dan perampokan di Manila, Roderick Tan, pun menyambut jaminan dari Duterte bahwa ia akan melindungi polisi dari tuntutan hukum dan kekerasan tersangka yang mengeluh karena terluka.

Duterte juga menegaskan bahwa ia tidak berteman dengan kelompok-kelompok HAM dan pemantau korupsi yang menginvestigasi pertempuran polisi melawan geng kriminal.

"Itu akan menjadi pacuan moral bagi polisi. Saya pikir, pelaku kriminal akan takut, terutama yang terlibat kasus narkoba," kata Anicete. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER