Jakarta, CNN Indonesia -- Meskipun belum diumumkan secara resmi, kabar kemenangan Rodrigo Duterte dalam pemilihan umum presiden Filipina dinilai cukup mengejutkan. Selain karena komentar kontroversial yang sering terlontar dari mulutnya, Duterte juga dianggap dapat mendobrak tradisi "dinasti" dalam pemerintahan Filipina.
Sistem dinasti ini layaknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, di mana presiden menempatkan kolega atau kerabat dekatnya di posisi atau jabatan strategis yang pada akhirnya memperkuat cengkeraman sang pemimpin terhadap negara.
Tradisi turun-temurun ini tak ayal membuat Filipina kian terpuruk. Meskipun sektor pariwisata mulai membaik, tapi sekitar seperempat warga Filipina masih hidup di bawah garis kemiskinan. Negara pimpinan Presiden Benigno Aquino ini bertengger di posisi 95 dari 168 negara dalam daftar indeks persepsi korupsi Transparency International.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lima puluh tahun sudah Filipina hidup di bawah dinasti-dinasti tertentu, seperti Aquino, Arroyo, Estrada, atau Marcos.
Dalam pemilu kali ini, nama-nama penerus dinasti itu pun mewarnai daftar kandidat pemimpin. Dari pemilu presiden sendiri terdapat nama-nama seperti Jejomar Binay, Manuel Roxas, dan Grace Poe.
Jejomar yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden dikenal memiliki dinastinya sendiri yang perlahan memantapkan pijakannya. Semua bermula dari Jejomar yang sebelumnya selama tiga dekade menjadi Wali Kota Makati, distrik finansial Manila.
Jabatan itu menurun ke putranya, Jejomar Binay Jr., yang akhirnya tersandung kasus korupsi. Namun kini, putri dari Jejomar, Nancy Sombillo Binay, mengikuti pertarungan pemilu untuk menjadi pengganti saudara laki-lakinya.
Seperti dilansir
Reuters, suami Nancy yang merupakan pebisnis pun mengikuti pemilu untuk menggantikan posisi istrinya di Kongres.
Sementara itu, Roxas juga memiliki kekuatan khusus sebagai cucu dari pemimpin Filipina pertama pascaperang. Ia juga mendapat dukungan penuh dari presiden saat ini, Aquino.
Meskipun bukan bagian dari dinasti manapun, Poe juga dianggap memiliki peluang kuat karena hubungan baiknya dengan paman Aquino, Eduardo Cojuangco, yang juga merupakan kepala Koalisi Rakyat Nasionalis.
Selain itu, muncul pula nama putra dari diktator Ferdinand Marcos dalam bursa calon wakil presiden Filipina.
"Banyak dari dinasti politik ini merasa mereka memiliki kursi yang dapat mereka gunakan dan kehendak mereka untuk mewariskannya kepada anggota keluarga manapun yang mereka anggap pantas. Itu sangat mengganggu," ujar Direktur Eksekutif Jaringan Akuntabilitas dan Transparansi, Vincent Lazatin.
 Rodrigo Duterte juga dianggap dapat mendobrak tradisi dinasti dalam pemerintahan Filipina. (Reuters/Keith Bacongco) |
Senada dengan Lazatin, Direktur Eksekutif dari Institut Politik dan Reforamsi Pemilu, Ramon Casiple, juga menganggap dinasti ini sebagai penghambat majunya Filipina.
"Masalah elite politik adalah tidak adanya program atau kerangka. Semuanya hanya mengenai kekuatan," katanya.
Namun di tengah nama tersebut, terdapat Duterte yang sama sekali jauh dari dinasti politik di Filipina. Menurut Casiple, Duterte membawa harapan baru bagi masyarakat Filipina yang sudah mulai jengah dengan kemiskinan, pengangguran, kejahatan, dan korupsi.
"Duterte hadir di tengah frustrasi dan keputusasaan rakyat biasa terhadap tindakan pemerintah bagi kehidupan mereka. Ia menjanjikan aksi cepat," tutur Casiple seperti dikutip
Forbes.
Seperti dilansir
AFP, Duterte memang dapat menghipnotis jutaan rakyat dengan solusi brutal tapi cepat yang ia tawarkan untuk melibas kejahatan dan kemiskinan di negaranya.
Selama 22 tahun menjabat sebagai Wali Kota Davao, Duterte pun dianggap berhasil meredam pergerakan pemberontak komunis dan kelompok sayap kanan.
"Citra Rodrigo Duterte di tingkat nasional sebagai politisi penegak hukum sudah dikenal luas dalam memerangi kejahatan di Davao," ujar Direktur Program CSIS Pacific Forum, Carl Baker.
Kendati demikian, para kritikus sudah memperingatkan bahwa Duterte dapat menjerumuskan kembali Filipina ke dalam masa-masa kelam dengan gaya kepemimpinan diktator, tiga dekade setelah revolusi "Kekuatan Rakyat" menggulingkan rezim Ferdinand Marcos.
[Gambas:Video CNN]Dalam kampanyenya, Duterte berulang kali bersumpah akan membunuh puluhan ribu pelaku kriminal. Ia juga mengancam pemberlakuan kebijakan kekuasaan satu orang jika anggota parlemen tak mematuhinya serta berjanji merangkul pemberontak komunis.
Duterte juga kerap mengumbar kelakar mengenai kehidupan seksualnya dengan mengatakan bahwa ia tak dapat hidup tanpa Viagra.
Pria berusia 71 tahun itu semakin membuat risih lingkaran diplomatik internasional ketika ia bercanda ingin jadi orang pertama yang memperkosa seorang misionaris Australia. Perempuan itu tewas dalam kerusuhan di penjara Filipina pada 1989.
Begitu kontroversialnya ucapan-ucapan Duterte, ia pun sering kali disamakan dengan bakal capres Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump.
Namun menurut Baker, Duterte sudah berhasil menarik hati masyarakat bukan hanya berhasil "membersihkan" Davao, tapi juga sikapnya yang tak kenal kompromi.
"Ia juga dilihat sebagai orang luar di politik nasional yang tidak takut menantang kaum kaya dan kuat. Dua hal ini membuatnya sangat populer di tengah mereka yang yakin bahwa korupsi privat dan publik merupakan inti masalah dalam sistem politik Filipina," kata Baker.
(ama)