Jakarta, CNN Indonesia -- Meskipun belum resmi diumumkan menang, calon presiden Filipina yang unggul jauh dalam pemilu, Rodrigo Duterte, sudah menyusun rencana kerjanya, termasuk untuk membebaskan pemberontak komunis sebagai upaya memulai perundingan damai.
Hal ini diungkap oleh juru bicara Duterte, Peter Lavina, yang mengatakan bahwa mantan Wali Kota Davao itu siap mendiskusikan pembebasan sejumlah tahanan pemberontak, salah satu faktor kunci yang menggagalkan negosiasi damai tiga tahun lalu.
Presiden yang akan mengakhiri masa jabatannya pada 30 Juni, Benigno Aquino, mengakhiri perundingan dengan Partai Komunis Filipina pada 2013 lalu karena tuntutan para pemberontak untuk pembebasan beberapa kamerad mereka. Pemerintah menolak syarat itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lavina mengatakan bahwa presiden terpilih itu akan mempertimbangkan membebaskan sejumlah pemimpin komunis dan meninjau kembali status tahanan politik mereka.
Menurut Lavina, pemerintahan yang baru nantinya tidak akan segan-segan membebaskan tahanan pemberontak agar mereka dapat ikut serta dalam perundingan damai. Mereka yang sakit juga akan mendapatkan perawatan di luar penjara.
"Sangat penting untuk membebaskan tahanan politik yang menderita penyakit," ujar Lavina seperti dikutip
AFP, Selasa (10/5).
Selama ini, Duterte dikenal sebagai seorang wali kota garis keras dengan regu pengeksekusi mati sendiri yang tak memiliki payung hukum. Ia telah menghukum mati ribuan tersangka kejahatan di Davao.
Duterte merupakan teman baik Jose Maria Sison, seorang aktivis basis Belanda yang mendirikan partai komunis di Filipina pada 1968 silam. Mereka saling mengenal saat Duterte menjadi murid ilmu politik Sison di Universitas Manila medio 1960-an.
Pada awal masa kampanye Februari lalu, Sison mengatakan kepada
Philippine Daily Inquirer bahwa pemberontak senang karena penerus Aquino akan mendukung perundingan damai.
Bulan lalu, Duterte berhasil membebaskan lima polisi Davao dan seorang warga sipil yang disekap oleh pasukan sayap militer partai komunis, New People's Army, sepekan sebelumnya.
Berdiri hampir setengah abad, pemberontakan komunis di Filipina sudah merenggut 30 ribu nyawa. Kekuatan pemberontak komunis merosot dari 26 ribu menjadi tak lebih 4 ribu pada akhir 1980-an.
(ama)