Duterte Izinkan Diktator Filipina Dimakamkan sebagai Pahlawan

Amanda Puspita Sari | CNN Indonesia
Selasa, 24 Mei 2016 12:15 WIB
Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, mengizinkan mantan presiden yang terkenal sebagai diktator, Ferdinand Marcos, dimakamkan di taman makam pahlawan.
Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, mengizinkan mantan presiden yang terkenal sebagai diktator, Ferdinand Marcos, dimakamkan di taman makam pahlawan. (Reuters/Keith Bacongco)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, mengizinkan mantan presiden yang terkenal sebagai diktator, Ferdinand Marcos, dimakamkan di taman makam pahlawan, meski banyak warga Filipina yang menentang rencana ini.

"Saya akan mengizinkan Marcos dimakamkan di pemakaman di Libingan ng Mga Bayani, bukan karena ia seorang pahlawan melainkan karena ia adalah seorang prajurit Filipina," kata Duterte, dikutip dari media lokal Philstar, Selasa (24/5).

Pernyataan Duterte itu mengacu kepada taman makam pahlawan seluas 142 hektar di Manila, tempat sejumlah pahlawan nasional Filipina dimakamkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di ujung masa kepemimpinannya, Marcos dituding sebagai diktator dan kleptokrat, yakni pemimpin pemerintahan yang mengambil uang pungutan (pajak) dari rakyat untuk memperkaya kelompok tertentu atau diri sendiri.

Memerintah Filipina selama 20 tahun dari 1965 hingga 1986, keluarga Marcos diperkirakan mengumpulkan kekayaan hingga US$10 miliar, atau sekitar Rp135 triliun.

Marcos lengser di tengah revolusi yang meletus di Filipina pada 1986, kemudian melarikan diri ke Hawaii. Ia wafat dalam pengasingan pada 1989. Tubuhnya dibalsem dan hingga kini dipamerkan di sebuah makam di kampung halamannya di wilayah Filipina utara.

Pemerintah Filipina menyita kurang dari US$5 miliar kekayaan keluarga Marcos dan kroninya, baik dalam bentuk uang tunai, saham, properti real-estate, karya seni dan perhiasan.

Sejumlah pemerintahan Filipina terdahulu menolak mengizinkan permintaan keluarga Marcos untuk menguburkannya di taman makam pahlawan, karena mempertimbangkan penentangan dari puluhan ribu warga, termasuk para korban pelanggaran hak asasi manusia di bawah pemerintahan Marcos.

Pada pemilihan umum 9 Mei lalu, putra Marcos mencalonkan diri sebagai wakil presiden untuk Leni Robredo, anggota kongres Filipina, dan berhasil mendapatkan dukungan sekitar 200 ribu hingga 300 ribu pemilih, menurut perhitungan suara sementara.

Analis dari Institut Reformasi Politik dan Pemilu, Earl Parreno, menyatakan bahwa keputusan Duterte untuk mengubur Marcos di pemakaman pahlawan akan memecah belah dukungan terhadapnya.

"Ini langkah yang salah untuk menghabiskan modal politik di awal, ketika ia seharusnya mengkonsolidasikan dukungan," katanya kepada Reuters, sembari menambahkan bahwa keputusan Duterte itu bisa menyulut protes.

Duterte juga dapat membuat geram warga Filipina jika ia membebaskan mantan presiden Gloria Arroyo, yang ditahan di rumah sakit selama lima tahun atas tuduhan korupsi.

"Dia juga harus dibebaskan," kata Duterte, yang saat ini masih menjabat sebagai Wali Kota Davao City.

Arroyo sempat terpilih kembali untuk ketiga kalinya sebagai presiden dan anggota majelis rendah di Kongres.

Duterte, 71, terpilih sebagai presiden Filipina karena menang telak atas para rivalnya pada pemilu 9 Mei lalu. Duterte terkenal atas komentarnya yang kontroversial. (ama)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER