Jakarta, CNN Indonesia -- Rusia membantah laporan bahwa kelompok militan ISIS menghancurkan salah satu pangkalan militernya yang penting di Suriah.
Perusahaan intelijen global yang beroperasi di Amerika Serikat, Stratfor, merilis serangkaian gambar yang menunjukkan sebuah pesawat dan gudang pasokan yang hancur di sebuah pangkalan militer.
Perusahaan itu menambahkan bahwa "serangan, dan kerugian besar di pihak Rusia, menekankan ancaman yang berkelanjutan untuk bantuan Rusia terhadap pasukan rezim."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berbagai lokasi terpisah dalam lapangan udara ini menjadi sasaran yang sangat akurat, dan tak ada tanda-tanda kerusakan di daerah yang memisahkan mereka," bunyi pernyataan perusahaan itu, dikutip dari
Al-Arabiya.
"Satu ledakan yang disengaja tidak akan membuat kerusakan semacam ini," ujarnya.
Empat helikopter tempur Rusia dan sekitar 20 truk yang digunakan untuk mengangkut pasokan militer hancur di pangkalan udara yang berada di daerah strategis, yakni di Suriah tengah, di antara Palmyra dan Homs.
Stratfor menyatakan bahwa sejumlah foto itu menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi akibat serangan yang disengaja.
Menurut laporan sejumlah media, situs yang berafiliasi dengan kelompok militan ISIS menyatakan pada 15 Mei lalu bahwa mereka menyerang pangkalan militer strategis T4 di Suriah tengah.
Namun para pejabat AS menyakini bahwa kerusakan itu kemungkinan hasil dari ledakan tangki bahan bakar yang tidak disengaja.
Dalam pernyataan kepada
CNN, Kementerian Pertahanan Rusia membantah bahwa pasukannya di Suriah diserang, dan menyatakan bahwa citra satelit tersebut menunjukkan kerusakan yang "dihasilkan dari pertempuran di pangkalan udara ini antara pasukan pemerintah Suriah dan pemberontak"
Rusia mengklaim bahwa kerusakan itu "terjadi selama beberapa waktu."
"Semua helikopter militer Rusia yang saat ini di Suriah merupakan bagian dari misi yang direncanakan untuk menghancurkan teroris," bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.
"Tidak ada personel di pangkalan udara Rusia yang menjadi korban," lanjutnya.
Juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren, menyatakan kepada
CNN bahwa pihaknya belum mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya terjadi.
"ISIS mengaku bertanggung jawab [atas serangan itu] tapi tidak jelas apakah itu merupakan serangan dari mereka atau hanya kecelakaan," katanya.
Rusia meluncurkan intervensi militer di Suriah sejak September 2015 lalu. Serangan udara ini merupakan dukungan Rusia terhadap rezim Presiden Bashar al-Assad dan menargetkan para penentang Assad, seperti kelompok militan ISIS dan afiliasi al-Qaidah, Front al-Nusra.
(ama/den)