Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertahanan Korea Selatan, Han Minkoo, mengungkapkan pandangannya soal pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, yang sejumlah kebijakannya kerap meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea belakangan ini. Menurut Han, Kim terlalu muda, kasar dan impulsif dalam memimpin negara komunis itu.
"Kim Jong Un baru berusia 27 tahun ketika dia menerima kekuasaan, dan hanya punya sedikit waktu untuk mempersiapkan semuanya. Selain itu, ia sangat muda, tidak memiliki pengalaman," ujar Han, mengungkapkan kekhawatirannya atas kombinasi sifat Kim kepada
CNN, Selasa (7/6).
Serangkaian uji coba nuklir dan rudal yang diluncurkan Korut atas perintah Kim beberapa bulan terakhir menandakan ambisi pemimpin muda ini terhadap persenjataan nuklir. Namun, sejumlah uji coba dinilai gagal, dan Kim nampaknya terburu-buru untuk menyempurnakan kemampuan nuklir Korut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika Anda melihat ayahnya, Kim Jong Il, selama pemerintahannya 18 tahun, ada sekitar 18 tes rudal. Selama empat tahun pemerintahan Kim Jong Un ini sudah ada 25 tes rudal," kata Han.
Han mengaku tidak yakin Korea Utara dapat meminiaturisasi senjata nuklir atau merakit hulu ledak nuklir yang dapat dipasangkan ke rudal, seperti yang diklaim Pyongyang. Namun, Han mengakui bahwa serangkaian uji coba dapat menyempurnakan senjata itu.
"Jika mereka terus menyempurnakan teknologi miniaturisasi, kami pikir mereka akan dapat membuat artileri atau tambang nuklir," ujar Han.
Pada Kongres Partai Pekerja yang digelar bulan lalu, Kim Jong Un menegaskan bahwa Korea Utara merupakan negara dengan kekuatan nuklir. Ambisi Kim ini tak dapat diterima oleh Washington dan Seoul.
"Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara lain tidak akan pernah mengakui kekuatan nuklir Korea Utara. Oleh karena itu, kita harus terus menekan dan meluncurkan upaya denuklirisasi sebisa mungkin," ujar Han.
Salah satu cara untuk menekan Korut, menurut Han dan sejumlah pejabat Korsel lainnya, adalah dengan penjatuhan sanksi PBB yang lebih keras dan luas. Han berharap sanksi ini akan membuat Kim menyerah atas ambisi nulkirnya yang kini menjadi landasan Korut.
Ketika ditanya apakah upaya denuklirisasi akan berlangsung secaa damai, Han hanya menjawab, "kita harus bekerja untuk memastikan [upaya] itu [berlangsung] damai."
Sejak menyelesaikan dinas militer selama lebih dari empat puluh tahun lalu dan kemudian menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Han mengaku Korea Utara selalu ada dalam pikirannya. Kedua negara Korea ini secara teknis masih berperang, karena Perang Korea periode 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.
Menurut Han, tawaran baru Pyongyang untuk menggelar pembicaraan militer dengan Korea Selatan hanyalah sebuah tipuan.
"Dunia tahu program nuklir dan rudal Korea Utara mengabaikan kebijakan non-proliferasi dan norma-norma internasional serta mengancam perdamaian dan stabilitas semenanjung Korea. Korea Utara perlu menunjukkan kemauan yang tulus untuk melakukan denuklirisasi dan membawa hal ini ke meja perundingan," ujarnya.
[Gambas:Video CNN]Han mengakui bahwa kemampuan Korsel untuk mempertahankan iri dari ancaman Korea Utara memiliki keterbatasan. Han mengklaim bahwa sistem pertahanan rudal AS, THAAD, merupakan cara untuk mengatasi keterbatasan itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, AS dan Korsel menggelar sejumlah diskusi untuk memutuskan lokasi penyebaran potensial, prosedur dan berbagi biaya THAAD.
Han menyatakan bahwa dari sudut pandang militer, sistem pertahanan rudah THAAD diperlukan untuk melindungi Korea Selatan.
"Seluruh dunia tahu tentang kemampuan rudal Korea Utara, mulai dari [rudal jarak] pendek, menengah hingga jarak panjang dan mereka masih mengembangkan beberapa rudal lainnya," ucap Han.
"Korea Selatan hanya memiliki kapasitas untuk mencegat rudal di fase terminal sehingga kita memiliki keterbatasan," ujar Han.
Sementara, terkait keberatan China atas semakin meningkatnya pengaruh militer AS di timur laut Asia, Han menyatakan ia akan menyambut para ahli dan teknisi China untuk datang dan melihat sendiri peralatan dan spesifikasi teknis THAAD, dan membiarkan mereka memiliki pendapatnya sendiri.
"Sangat penting bagi Korea Selatan dan AS untuk memperkuat dan mempromosikan komunikasi strategis dengan China," ucap Han.
(ama)