Pelaku Pembantaian di Orlando Disebut Terkait Kelompok ISIS

CNN Indonesia
Senin, 13 Jun 2016 00:42 WIB
FBI yang menggolongkan serangan sebagai "insiden terorisme" memperingatkan bahwa dugaan keterkaitan dengan ISIS masih memerlukan penyelidikan lebih jauh.
FBI yang menggolongkan serangan sebagai
Orlando, CNN Indonesia -- Pelaku penembakan di kelab malam di Orlando, Florida, Amerika Serikat, yang diidentifikasi bernama Omar S. Mateen, warga Amerika keturunan Afghanistan, disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Pejabat tinggi badan intelijen Amerika Serikat (FBI), menyebutkan pelaku yang berusia 29 tahun yang berdomisili Fort Pierce, Florida, itu kemungkinan mempunyai hubungan dengan kelompok militan ISIS.

Namun pernyataan pejabat tersebut sejauh ini belum dapat dipastikan kebenarannya. FBI yang menggolongkan serangan itu sebagai "insiden terorisme" memperingatkan bahwa dugaan keterkaitan dengan ISIS masih memerlukan penyelidikan lebih jauh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kami memang punya dugaan bahwa pelaku penembakan condong memiliki ideologi yang mengarah ke situ (ISIS) tapi kami belum bisa mengatakannya secara pasti sekarang ini,” kata seorang pejabat FBI, Ronald Haper, seperti diberitakan Reuters, Minggu (12/6).

FBI menyatakan sampai saat ini masih berupaya memastikan motif penembakan brutal itu apakah merupakan kejahatan berdasarkan kebencian terhadap kaum gay atau sebagai aksi teroris.


Danny Banks, agen khusus yang mengurusi Departemen Penegakan Hukum Florida, juga memiliki dugaan bahwa pelaku pembantaian mengarah pada aksi terorisme.

"Apakah kami menganggap aksi ini sebagai terorisme? Tentu saja. Kami masih menyelidiki dugaan semua pihak bahwa ini merupakan aksi teroris,” kata dia.


Omar S. Mateen diketahui sebagai pelaku tunggal penembakan yang menewaskan 50 orang dan melukai 53 lainnya di sebuah kelab malam kaum gay, Pulse, di Orlando, Florida, pada Minggu dini hari.

Pria yang saat melakukan penyerangan brutal itu mempersenjatai diri dengan senapan serbu dan pistol kemudian berhasil ditembak mati oleh polisi setelah sebelumnya terjadi baku tembak. Peristiwa berdarah tersebut memakan korban paling banyak dalam sejarah kasus penembakan massal di Amerika oleh warga sipil.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER