Abu Sayyaf Dikonfirmasi Mengeksekusi Sandera Warga Kanada

Reuters | CNN Indonesia
Selasa, 14 Jun 2016 08:58 WIB
Otoritas Filipina mengonfirmasi bahwa warga Kanada, Robert Hall, yang menjadi sandera kelompok militan Abu Sayyaf telah dieksekusi.
Ilustrasi (Warrick Page/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Filipina mengonfirmasi bahwa warga Kanada yang menjadi sandera kelompok militan Abu Sayyaf telah dieksekusi. 

"Kami sangat mengutuk pembunuhan brutal dan tak berperasaan atas Robert Hall, seorang warga Kanada, setelah ditahan oleh kelompok Abu Sayyaf di Sulu dalam sembilan bulan terakhir," kaya Presiden Filipina Benigno Aquino dalam sebuah pernyataan, Selasa (14/6).

Sebelumnya, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga mengatakan bahwa pihaknya yakin Hall telah dibunuh oleh Abu Sayyaf. Ini menjadi eksekusi kedua terhadap dua warga Kanada oleh kelompok militan Filipina itu dalam beberapa bulan terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abu Sayyaf, yang berbasis di selatan Filipina, terkenal kerap melakukan pencurian, eksekusi dan pemerasan. Mereka meminta tebusan sebesar US$21,7 juta untuk tiap orang, namun jumlah itu diturunkan menjadi 300 juta peso per orang awal tahun ini. Abu Sayyaf mengeksekusi warga Kanada lain, John Risdel, seorang petinggi perusahaan tambang, April lalu.

Seorang warga Norwegia dan seorang perempuan Filipina saat ini masih disandera.

Pasukan keamanan Filipina memeriksa laporan intelijen bahwa militan Islam yang berkaitan dengan al-Qaidah itu dilakukan Jolo.

Laporan intelijen awal menyebut bahwa Hall dipenggal 10 menit setelah tenggat waktu pukul 03.00 di pegunungan di luar pulau kota Patikul.

Abu Raami, juru bicara Abu Sayyaf, mengonfirmasi pemenggalan lewat panggilan telepon ke koran Philippine Daily Inquirer. Laporan itu tidak bisa diverifikasi secara independen.

Wilfredo Cayat, kepala polisi pulau Jolo, mengatakan pihaknya memeriksa laporan bahwa Hall dipenggal di Gunung Bunga oleh Ben Yadah, seorang militan yang menahan empat tawanan—tiga orang asing dan seorang Filipina—sejak September 2015.

Situasi keamanan di selatan Filipina tetap tak stabil, meski terdapat perjanjian perdamaian antara pemerintah dengan kelompok pemberontak Muslim terbesar di wilayah itu. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER