Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala polisi Malaysia menyatakan pihak berwenang tidak membayar uang tebusan untuk membebaskan empat pelaut Malaysia yang disandera Abu Sayyaf sejak April lalu.
Empat pelaut tersebut dibebaskan dari Filipina Selatan dan segera dibawa ke negara bagian Sabah, Malaysia timur pada Rabu (8/6) oleh "pasukan khusus dari kepolisian Malaysia." Pembebasan terjadi setelah pihak berwenang mengupayakan negoasiasi untuk kebebasan mereka selama sekitar dua bulan.
"Mereka sekarang di Sandakan sehingga tim medis dapat memeriksa mereka," kata Kepala polisi Malaysia, Khalid Abu Bakar pada konferensi pers di Kuala Lumpur, Kamis (9/6), dikutip dari
Channel NewsAsia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini mereka akan kembali ke Kota Kinabalu. Tapi dari foto, mereka terlihat sehat, keempatnya nampak sehat," ujarnya.
Khalid enggan memaparkan secara konkret langkah yang mereka ambil sehingga para sandera dapat dibebaskan. Namun, ketika ditanyai wartawan, Khalid setuju bahwa sanksi terhadap perdagangan membantu negosiasi ini.
"Saya percaya itu jadi salah satu alasan," katanya.
Situs berita lokal,
The Star Online, melaporkan bahwa larangan perdagangan barter selama dua bulan yang diberlakukan Malaysia sejak April di antara kawasan Sabah dan Filipina selatan memberi tekanan yang signifikan kepada para gerilyawan.
The Star mengutip aktivis antipenculikan Pulau Jolo, Profesor Octavio Dinampo, yang menyatakan bahwa masyarakat lokal menekan kelompok bersenjata untuk melepaskan awak kapal tunda Malaysia karena harga bahan pokok semakin meningkat lantaran sanski tersebut.
Hingga saat ini belum jelas apakah pihak keluarga membayar tebusan kepada militan Abu Sayyaf. Pasalnya, pihak keluarga sempat berupaya menggalang dana untuk membebaskan sandera.
Khalid mengaku tidak tahu jika ada keluarga korban yang memberikan uang tebusan.
(ama/stu)