UNHCR: 65 Juta Orang di Dunia Terlantar

Amanda Puspita Sari/Reuters | CNN Indonesia
Senin, 20 Jun 2016 14:39 WIB
Puluhan juta orang terusir dari tempat tinggal mereka, melarikan diri dari perang di negara asal namun terhalang tembok pembatas menuju negara tujuan.
Puluhan juta orang terusir dari tempat tinggal mereka, melarikan diri dari perang di negara asal namun terhalang tembok pembatas menuju negara tujuan. (Reuters/Marko Djurica)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 65,3 juta orang di dunia terusir dari tempat tinggal mereka, sebagian besar melarikan diri dari perang di negara asal namun tak juga memiliki tempat bernaung karena terbentur tembok pembatas, hukum penerimaan pengungsi yang ketat serta sentimen antipengungsi ketika mereka mencapai wilayah perbatasan.

Angka tersebut merupakan peningkatan yang tajam dari tahun 2014, ketika terdapat 59,5 juta orang terlantar setelah melarikan diri dari negara asal. Jumlah tahun ini juga merupakan peningkatan sebesar 50 persen dalam lima tahun terakhir, menurut laporan "Global Tren" yang dipublikasikan lembaga pengungsi PBB, UNHCR, dalam rangka Hari Pengungsi Dunia, Senin (20/6).

Jika dirata-rata, terdapat 1 dari 113 orang di dunia yang kini menjadi pengungsi, pencari suaka, atau orang yang terusir dari tempat tinggalnya namun masih berada di dalam negera asal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Konflik di Suriah, Afghanistan, Burundi dan Sudan Selatan memicu eksodus manusia, dengan total pengungsi mencapai 21,3 juta orang. Sekitar setengah dari jumlah itu merupakan anak-anak.

"Para pengungsi dan imigran yang melintasi Laut Mediterania dan tiba di tepi Eropa, pesan yang mereka sampaikan bahwa jika Anda tidak menyelesaikan masalah, maka masalah yang akan mendatangi Anda," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi.

"Menyedihkan karena butuh waktu lama bagi mereka yang berada di negarakaya untuk memahami hal itu. Kita perlu bertindak, melakukan tindakan politik untuk menghentikan konflik. Cara itu menjadi upaya terpenting dalam pencegahan arus pengungsi," ujarnya, dikutip dari Reuters.

Laporan ini juga merinci bahwa terdapat sekitar 2 juta klaim suaka yang baru diajukan di negara-negara industri sepanjang 2015.

Selain itu, terdapat hampir 100 ribu pengungsi anak tanpa pendamping atau terpisah dari keluarga dan orang tua mereka. Jumlah ini merupakan peningkatan sebanyak tiga kali lipat ketimbang tahun 2014 dan merupakan yang tinggi dalam sejarah.

Sebanyak satu dari tiga pencari suaka di Jerman merupakan pengungsi Suriah. Pemerintah Jerman menerima 441.900 pengajuan suaka, diikuti oleh Amerika Serikat dengan 172.700 pengajuan suaka. Sebagian besar pencari suaka di AS merupakan warga yang melarikan diri dari perang antar geng bandar narkoba di Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah.

Menurut laporan itu, negara berkembang masih menjadi tuan rumah yang menampung 86 persen pengungsi dunia. Negara yang paling banyak menampung pengungsi Suriah adalah Turki, dengan 2,5 juta pengungsi, diikuti oleh Pakistan dan Libanon.

Anak-anak pengungsi Afghanistan berlindung di tempat pengungsian di Kabul, akhir Mei lalu. (Reuters/Mohammad Ismail)
Sentimen xenofobia

Para pencari suaka yang melarikan diri dari konflik atau penganiayaan harus menghadapi tembok pembatas di perbatasan dan sentimen antipengungsi. "Munculnya xenofobia, sayangnya, menjadi faktor yang menentukan dalam lingkungan kita," ujar Grandi.

"Pembatasan muncul di mana-mana, dan saya tidak hanya berbicara dari soal tembok pembatas, namun juga hambatan legislatif yang akan datang, termasuk di negara-negara di dunia industri yang telah lama berprinsip dalam mempertahankan hak fundamental terkait suaka," kata Grandi.

Setelah negara-negara Balkan serempak menutup perbatasannya, Uni Eropa membentuk kesepakatan pengungsi dengan Turki pada Maret lalu untuk membendung masuknya lebih dari satu juta pengungsi ke Eropa pada 2015.

"Fakta bahwa arus imigran telah berhenti bukan berarti masalah perpindahan orang telah berakhir. Masalah ini mungkin sudah berakhir untuk beberapa negara yang tidak harus berurusan dengan hal ini lagi, untuk saat ini," kata Grandi.

Skema pengungsi Uni Eropa, yang akan memukimkan kembali 160 ribu pencari suaka dari Yunani dan Italia ke negara-negara anggotanya juga mandek. Hingga kini, baru 2.406 pengungsi yang sudah direlokasi.

Terkait hal ini, Grandi menegaskan, "Tidak ada rencana B untuk Eropa. Eropa akan terus menerima orang yang mencari suaka," ujar Grandi. "Semua orang harus berbagi tanggung jawab sekarang." (ama/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER