Jakarta, CNN Indonesia -- Israel berencana membangun pulau buatan senilai US$5 miliar di lepas pantai Gaza. Pulau yang dilengkapi bandara, hotel dan pelabuhan ini disebut demi membuka pintu Gaza bagi dunia luar.
Menurut Menteri Intelijen dan Transportasi Israel Yisrael Katz, seperti dikutip
Independent, Selasa (21/6), proyek ini akan membantu perekonomian Gaza yang masih diblokade Israel.
Dalam rencananya, pulau buatan seluas tiga mil persegi itu akan dibangun di lepas pantai Gaza, dihubungkan oleh jembatan sepanjang 4,8 km. Terdapat bandara, hotel dan pelabuhan bagi kapal besar dan kecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jembatan itu, dikutip dari
Washington Post, sangat penting bagi Gaza Menurut rencana tersebut, jembatan itu akan dijaga sangat ketat agar semua barang yang masuk ke Gaza melalui pulau itu tidak mengandung material berbahaya, seperti pembuat senjata.
Jembatan bisa ditutup jika terjadi peperangan.
Washington Post menuliskan, Israel bisa saja meledakkan jembatan saat perang demi memotong akses ke Gaza.
Katz mengatakan, operasional dan pengawasan di pulau itu akan diserahkan ke lembaga internasional, salah satunya yang direkomendasikan adalah NATO. Opsi lainnya, pulau itu dijalankan oleh warga Palestina, namun dalam pengawasan Israel.
Menurut Katz, rencana ini masih dalam perdebatan. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu masih belum menentukan sikap dan masih mengeksplorasi pilihan-pilihan lain. Rencana ini juga telah disampaikan ke pemerintahan Barack Obama di Amerika Serikat.
Bandara terakhir Gaza dihancurkan oleh Israel pada Intifada kedua Palestina. Gaza memang memiliki pelabuhan, namun hanya cukup untuk perahu nelayan, bukan kapal besar pembawa bantuan.
Blokade Israel atas Gaza dimulai tahun 2007 lalu saat faksi Hamas memenangkan pemilu. Akibat ketiadaan akses, bantuan kemanusiaan disalurkan melalui Mesir yang kerap menutup jalur perbatasan mereka.
Kini, rakyat Gaza sangat mengandalkan bantuan kemanusiaan asing untuk bertahan hidup. Israel hanya mengizinkan 850 truk bantuan ke Gaza setiap harinya melalui jalur darat, namun PBB mengatakan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 1,8 juta warga di dalamnya.
Warga Palestina telah memohon agar diizinkan membangun pelabuhan kecil seperti yang ada di pulau-pulau Yunani, yang hanya cukup menampung kapal feri. Katz mengatakan, rencana ini tidak akan dikabulkan karena bisa digunakan untuk pengiriman senjata.
Rencana pembangunan pulau buatan dianggap sebagai kedok oleh banyak pihak. Mereka mengatakan Israel mencoba meredam kritikan atas kekejaman blokade di Gaza.
Husam Zumlot, tangan kanan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengatakan pembangunan pulau buatan oleh Israel sarat muatan politik. Menurut dia, cara itu hanya akan semakin membuat Gaza terpisah dari wilayah Palestina lainnya.
Tania Harry, direktur eksekutif Gisha, kelompok HAM Israel soal isu Gaza mempertanyakan motif lain di belakang rencana ini. Menurut Hary, ada banyak cara Israel membantu Gaza, salah satunya dengan menghapuskan blokade.
Hal yang sama disampaikan Abu Sa'da, profesor di Universitas Al-Azhar Gaza. Menurut dia, solusi terbaik adalah membebaskan blokade.
"Solusi terbaik adalah menghentikan okupasi dan membiarkan Palestina memiliki negara sendiri di Gaza dan Tepi Barat yang saling terhubung dan layak ditinggali," kata Sa'da.
(stu)