Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang dokter militer Tunisia, Fathi Bayoudh, pergi ke Turki untuk mencari putranya yang diduga bergabung dengan ISIS.
Namun ternyata, ia menjadi salah satu dari 41 korban tewas dalam serangan bom bunuh diri di Bandara Ataturk, Istanbul, pada Selasa (28/6).
"Bayoudh pergi ke Turki untuk bertemu dengan putranya yang bergabung dengan ISIS di Suriah beberapa bulan lalu bersama kekasihnya," ujar seorang pejabat keamanan Tunisia kepada
Reuters.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sumber anonim tersebut, putra Bayoudh pergi bersama kekasihnya untuk belajar di Fakultas Kedokteran beberapa bulan lalu. Namun kemudian, ia ditahan oleh tentara Turki di perbatasan Suriah karena ingin bergabung dengan ISIS.
Bayoudh pun datang untuk membujuk putranya agar mau kembali ke tanah airnya.
Tunisia memang dianggap sebagai model reformasi demokrasi di dunia Arab sejak 2011, ketika terjadi pergolakan melawan otokrat Zine El Abidine Ben Ali.
Namun, Tunisia juga merupakan salah satu sumber terbesar militan asing bagi ISIS di Suriah dan Irak.
Pemerintah memperkirakan lebih dari 3.500 warga Tunisia sudah pergi untuk bergabung dengan ISIS dan kelompok militan lain di Suriah, Irak, dan Libya.
Sebagian dari mereka ada yang pergi ke daerah Afrika Utara, tapi kaum profesional biasanya direkrut secara daring oleh ISIS.
(ama)