Politisi 'Pelawak' yang Sarat Skandal Jadi Menlu Baru Inggris

Denny Armandhanu | CNN Indonesia
Kamis, 14 Jul 2016 14:28 WIB
Boris Johnson, mantan wali kota London, sama sekali tidak punya pengalaman diplomatik dan kerap menghina para pemimpin negara lain, termasuk Obama dan Putin.
Boris Johnson, mantan wali kota London, sama sekali tidak punya pengalaman diplomatik dan kerap menghina para pemimpin negara lain, termasuk Obama dan Putin. (Matt Frost/ITV/REX/Shutterstock via Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia -- Formasi kabinet Theresa May, perdana menteri baru Inggris, mengejutkan. Pasalnya, May memilih Boris Johnson menjadi menteri luar negeri Inggris yang baru.
 
Dikutip dari Reuters, Rabu (13/7), mantan wali kota London itu sama sekali tidak memiliki pengalaman diplomatik serta sarat akan skandal. Bahkan Johnson yang merupakan penggagas referendum Brexit sejak lama dianggap sebagai lelucon.

"Di saat yang sangat penting ini, sangat mengejutkan perdana menteri baru memilih seseorang dengan karier yang dibangun dengan membuat lelucon," kata Tim Farron, pemimpin partai oposisi Liberal Demokrat.

Johnson sempat digadang akan menggantikan Cameron menjadi PM, tapi dia mundur. Di Inggris dia dianggap "pelawak" sementara di kancah internasional, Johnson kerap memicu kontroversi dengan menghina para tokoh dunia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

April lalu Johnson menyebut Obama sebagai "setengah-Kenya" sehingga membenci Inggris karena "keturunannya yang tidak menyukai kekaisaran Inggris". Komentar Johnson ini menuai kritikan karena dianggap rasis.

Hubungan Inggris dengan Amerika di bawah diplomasi Johnson juga diperkirakan bergelombang. Selain menghina Obama, Johnson pernah juga mencerca Hillary Clinton dan Donald Trump, dua politisi calon pengganti Obama.

Dalam tulisannya tahun 2008 di Daily Telegraph, media tempatnya rutin menulis opini, dia menyebut Clinton mirip "perawat sadis di rumah sakit jiwa". Di kesempatan lain dia mengaku takut ke New York karena "berisiko bertemu Donald Trump."

Riwayat pernyataan rasisnya sangat panjang. Tahun 2002 dalam tulisannya, Johnson menyebut orang-orang Kongo sebagai kanibal untuk menyindir kunjung PM Inggris saat itu, Tony Blair, ke negara itu.

"Tidak diragukan AK47 akan hening dan kapak akan berhenti mencacah daging manusia," tulis Johnson.

Dia meminta maaf atas tulisan tersebut, namun ternyata diulangi lagi tahun 2006 dalam tulisannya soal Papua Nugini. Dia mengatakan, warga Papua Nugini rentan perilaku "kanibalisme dan membunuh kepala desa."

Dia juga pernah menghina presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam tulisannya di Telegraph tahun 2015, dia menyebut Putin mirip dengan "Dobby" karakter peri kecil dengan wajah aneh dalam serial Harry Potter.

"Walau sedikit mirip dengan Dobby si Peri, Putin adalah tiran," tulis Telegraph.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga pernah dihina oleh Johnson. Dalam sebuah puisi Mei lalu, Johnson mengatakan Erdogan berhubungan seks dengan kambing.

Puisi ini memenangkan lomba "Kompetisi Menulis Puisi Menyinggung Presiden Erdogan", sebuah ajang yang diadakan majalah Spectator untuk memprotes larangan mengkritik pemerintah Turki.

Johnson juga membuat jengah diplomat China pada Olimpiade Beijing 2008 dengan mengatakan bahwa ping pong "diciptakan di meja makan Inggris".

Kritikan berdatangan di media sosial terhadap Johnson karena memakai jas tidak dikancing dan membawa bendera Olimpiade dengan satu tangan, sementara tangan lainnya masuk ke kantung, dalam upacara penutupan Olimpiade tersebut.

Johnson juga pernah menjatuhkan seorang anak kecil dalam sebuah permainan rugby dalam kunjungannya ke Jepang.

Penunjukkan Johnson oleh May tidak diduga. Pasalnya, May juga pernah menyindir Johnson yang dianggapnya tidak becus bernegosiasi.

May melarang penggunaan meriam air atau water cannon di Inggris. Padahal sebelumnya Johnson yang menjabat wali kota Inggris baru membeli tiga water cannon bekas dari Jerman.

"Terakhir kali dia melakukan kesepakatan dengan Jerman, dia pulang membawa water cannon yang hampir-baru," kata May, menyindir Johnson pada 30 Juni lalu.

Banyak yang tidak percaya May menunjuk Johnson, media sosial heboh.

"Saya berharap ini cuma lelucon, tapi sayangnya tidak," tulis mantan perdana menteri Swedia, Carl Bildt, dalam akun Twitter-nya.

"Mungkin orang Inggris mengerjai kita. Kita layak mendapatkannya," ujar pengamat politik AS Ian Bremmer, juga dalam Twitter. (stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER